Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

 
TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keputusan negara-negara Eriopa melakukan pembatasan harga beli minyak Rusia tidak akan menyelesaikan masalah di pasar energi global.

Menurut Sri Mulyani, pembatasan harga minyak Rusia tidak akan mengatasi kenaikan harga bahan bakar yang dipicu tingginya permintaan yang melebihi pasokan.

“Menempatkan batas harga jelas tidak akan menyelesaikan masalah, karena ini tentang kuantitas yang tidak memadai, dibandingkan dengan permintaan yang ada,” ujar Sri Mulyani  dalam pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, yang dikutip dari CNBC.

Sri Mulyani menambahkan, permintaan bahan bakar akan meningkat lebih lanjut saat Eropa dan Amerika Serikat (AS) menghadapi musim dingin.

Pernyataan Sri Mulyani datang, setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyatakan pembatasan harga minyak Rusia dapat mengatasi inflasi yang melonjak.

Baca juga: Menkeu AS: Batas Harga Minyak Rusia Bisa Bantu Meredam Inflasi yang Menggila

AS dan negara-negara Group of Seven (G7) lainnya sedang mempertimbangkan pembatasan harga minyak Rusia, untuk mengurangi pendapatan Moskow dari sektor energi.

Para analis meragukan apakah langkah tersebut dapat berhasil, karena Rusia dapat memilih untuk tidak menjual minyak dengan harga yang ditetapkan oleh AS dan sekutunya.

Selain itu, India dan China yang telah membeli banyak minyak Rusia, kemungkinan tidak akan menyetujui pembatasan harga ini.

Baca juga: AS akan Tekan Sekutu G20 Batasi Minyak Rusia

Namun Sri Mulyani mengatakan, perang di Ukraina telah meningkatkan ketidakpastian di pasar bahan bakar dan mendorong melonjaknya harga minyak.

“Makanya saya kira Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke tempat konflik (mengatakan) kami ingin perang diakhiri, karena ini sumber masalahnya,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: Rusia Minta G7 Cabut Pembatasan Harga Minyak Demi Cegah Lonjakan Harga Energi

Dia mengatakan, perang telah memicu gangguan pada pasokan dan kemudian perang berimplikasi pada sanksi. Hal itu menurutnya telah menciptakan situasi yang lebih kompleks, dengan merujuk pada sanksi yang dijatuhkan AS untuk melarang impor minyak Rusia, dan Uni Eropa yang akan memberlakukan embargo secara bertahap.

Selain itu, berbagai faktor penawaran dan permintaan juga berperan besar terhadap kenaikan harga energi.

Baca juga: Di Tengah Sanksi Barat, Rusia Kirim Ratusan Ribu Barel Minyak ke Kuba

Kurangnya investasi dalam pasokan energi menjadi salah satu pemicu melonjaknya harga minyak, sementara beberapa negara penghasil minyak telah berjuang untuk meningkatkan produksinya.

Di sisi lain, permintaan minyak telah melonjak setelah dibukanya kembali perjalanan internasioal yang sempat dibatasi karena pandemi Covid-19.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.