Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Nilai tukar atau kurs rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot, bahkan sempat menembus level Rp 15.000 per dolar AS pada Rabu (6/7/2022).
Ekonom Institute for Development of Economics (INDEF) Rusli Abdullah meminta pemerintah untuk mewaspadai lonjakan harga pangan impor.
“Yang paling saya khawatirkan adalah lonjakan harga pangan yang masih impor,” ujar Rusli saat dihubungi, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Ekonom Sebut Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Dapat Tahan Pelemahan Rupiah
Selama pandemi Covid-19, ucap Rusli, Indonesia belum terkendala dengan harga pangan pokok atau sumber karbohidrat. Namun, saat ini hal-hal tersebut perlu mulai diwaspadai.
“Pasokan tidak terkendala, sebelum ada invasi Rusia-Ukraina. Harga input produksi pupuk masih belum melambung,” katanya.
Saat ini, rupiah masih dibayangi sentimen negatif yang berasal dari sisi eksternal, salah satunya risiko kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed). Perlu atau tidaknya Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan bergantung pada pengumuman Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Fed.
“Perlu atau tidaknya, BI akan liat pasca FOMC The Fed umumkan tingkat rate terbaru, naik atau tidaknya The Fed,” tutur Rusli.
Sementara, Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan tekanan pada nilai tukar rupiah ini baru permulaan dari serangkaian tekanan global terhadap perekonomian Indonesia.
“Pelemahan nilai tukar rupiah baru permulaan, tekanan berikutnya terjadi saat kenaikan Fed rate,” ujar Bhima.
Ia menjelaskan, saat ini kondisi pasar uang dunia tengah khawatir akibat adanya sinyal resesi ekonomi global. Salah satunya, proyeksi Citigroup yang menyatakan risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50 persen dalam 18 bulan ke depan.
Baca juga: Pelemahan Rupiah Bersifat Jangka Menengah, Rupiah Diprediksi Sentuh Level 14.750 di Akhir Tahun
Di saat yang bersamaan, Bank Indonesia BI masih menahan suku bunga acuan padahal telah terjadi kenaikan inflasi Juni 2022 sebesar 4,35 persen. Kebijakan BI tersebut justru membuat arus investasi asing keluar dari Indonesia semakin deras.
“Kita harus mempersiapkan diri dalam skenario yang terburuk,” kata Bhima.
Hari ini, Rabu (6/7/2022), rupiah akhirnya kembali menembus level Rp 15.000 per dolar AS. Rupiah di pasar spot sempat bergerak ke area Rp 15.039 per dolar AS atau level tertinggi sejak awal Mei 2020 silam.
Namun, pada penutupan perdagangan, rupiah mempersempit pelemahan dan ditutup di Rp 14.994 per dolar AS.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.