Sering Di-Prank Durian, Beradu Cepat dengan Codot

Masa kecil penuh dengan kenangan indah dan tak terlupakan. Beberapa orang saat sudah dewasa berupaya menghadirkan kenangan masa kecilnya. Misalnya, yang dilakukan aktivis Anis Hidayah. Dia memenuhi halaman rumahnya dengan aneka tanaman buah-buahan untuk kembali mengenang masa kecilnya.

MASIH melekat kuat di ingatan Anis Hidayah. Waktu dia masih kecil, halaman rumah neneknya dipenuhi pohon srikaya. ’’Baunya begitu harum. Pohon srikayanya banyak sekali,’’ kata Anis menceritakan masa kecilnya saat ditemui di rumahnya di Kota Depok, Jawa Barat, Rabu (22/6) lalu.

Selain pohon srikaya, terdapat beberapa pohon nangka, sawo, jeruk beragam jenis, dan anggur. Ada juga jambu bangkok serta juwet. Anis bahkan masih ingat, suatu ketika kantong seragam sekolahnya sampai berwarna ungu pekat. ’’Karena saya mengantongi buah juwet untuk bekal sekolah,’’ ucapnya.

Anis mengatakan saat ini sudah jarang menemukan pohon juwet. Tetapi, dia bersyukur ada anaknya yang menyukai tanaman khas Indonesia, yaitu buah nangka. Untuk menghadirkan kembali memori masa kecilnya itu, Anis menanam berbagai buah-buahan di sekitar rumahnya. Mulai halaman sampai pembatas jalan. ’’Selain untuk menghadirkan memori masa kecil, saya menanam buah lokal untuk turut melestarikan kekayaan buah Indonesia,’’ jelasnya.

Persis di samping gerbang rumahnya, tumbuh pohon nangka yang tinggi menjulang. Saat dikunjungi, Anis sedang memanen satu buah nangka. Aromanya begitu harum. Dia memperkirakan dua sampai tiga hari lagi, buah nangka itu sudah siap disantap.

Di samping pohon nangka tersebut, Anis menanam pohon jeruk lemon dan srikaya merah. Sedangkan di dalam pagar, dia menanam jambu, rambutan, durian, dan manggis. Untuk tanaman yang berada di dalam pagar, kebanyakan ditanam di pot atau tabulampot (tanaman buah di dalam pot).

ASRI: Anis Hidayah memamerkan halaman rumahnya yang penuh buah. Ada jeruk nipis, srikaya merah, hingga nangka. (M ALI/JAWA POS)

Anis menceritakan, dirinya tinggal di rumahnya yang berada di Depok itu sejak 2005. Khusus pohon nangka sudah berumur sekitar sebelas tahun. Dia sempat kaget karena dalam sekali berbuah, pernah sampai muncul 30 buah nangka. Buah nangka yang sudah matang sering dia kirim ke koleganya di Jakarta dan sekitarnya. ’’Menariknya, teman-teman mencoba untuk menanam biji dari nangka yang saya kirim, tetapi tidak ada yang berbuah, apalagi selebat di sini. Nangka di sini memiliki rasa manis yang begitu kuat,’’ paparnya.

Anis juga menyukai buah srikaya di depan pagar rumahnya. Srikaya yang dia tanam adalah srikaya merah. Sesuai namanya, buah srikaya yang muncul berwarna ungu kemerahan. Ketika sudah tua, warnanya semakin merah. ’’Saya harus beradu cepat dengan codot. Jika tidak, saya hanya kebagian sisa-sisanya,’’ keluhnya.

Menurut Anis, menanam buah-buahan tidak membutuhkan perawatan khusus. Dia hanya menyiapkan pupuk kompos. Dia kadang membuat pupuk kompos sendiri. Tetapi, sering kali juga membeli pupuk ramai-ramai dengan warga di kompleksnya.

Aktivis Migran Care itu mengatakan berada di jalur organik. Dia sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia untuk tanaman buah maupun sayurannya. ’’Buah-buahan yang ditanam secara organik lebih aman untuk urusan kesehatan. Berbeda dengan buah-buahan impor yang sudah banyak kandungan bahan kimia,’’ terangnya.

Perempuan asli Bojonegoro, Jawa Timur, itu menuturkan, karena menggunakan pupuk organik, ada beberapa tanaman buahnya yang sulit sekali berbuah. ’’Contohnya, durian ini. Sukanya nge-prank,’’ tuturnya. Maksudnya, sering muncul bunganya, tetapi tidak pernah sampai menjadi buah durian.

Begitu juga dengan beberapa tanaman anggur. Meskipun batangnya menjulur panjang dan daunnya lebat, tanaman itu sulit berbuah. Dia menduga faktor cuaca ikut menjadi pemicu buah anggurnya sulit berbuah. Seperti diketahui, Kota Depok yang bertetangga dengan Bogor memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

Anis mengatakan, karena keterbatasan lahan, beberapa tanaman buah sempat dipotong. Di antaranya, pohon mangga gadung. ’’Sedih banget. Apalagi, saya suka sekali mangga gadung,’’ ujarnya. Sebagai gantinya, dia sering dikirimi mangga gadung ketika kampungnya sedang panen.

ASRI: Srikaya merah. (M ALI/JAWA POS)


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.