Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak belum rampung hingga kini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, saat ini aturan tersebut masih dalam proses pengkajian oleh Pemerintah.
Padahal aturan tersebut tengah ditunggu-tunggu oleh Pertamina agar penyaluran Pertalite dapat segera diimplementasikan dan dibatasi.
“Revisi Perpres sedang diajukan. Tentu kita tahu, ini perlu masukan. Karena ada berbagai macam kategori (jenis kendaraan yang boleh mengkonsumsi Pertalite),” ucap Menteri Arifin dalam rapat bersama Komisi VII DPR, Rabu (24/8/2022).
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) dalam laporannya telah menyebutkan, penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite telah mencapai 16,8 juta kilo liter (KL) hingga Juli 2022.
Kemudian untuk BBM jenis solar subsidi, pada periode yang sama tercatat telah tersalurkan sebanyak 9,9 juta KL. Jika ditilik lebih lebih lanjut, kuota jenis BBM bersubsidi tersebut kian tipis.
Sebagai informasi, BBM jenis Pertalite dan Solar subsidi jumlah kuotanya dibatasi oleh Pemerintah.
Untuk Pertalite pada tahun ini jumlah kuotanya 23 juta KL. Sementara Solar subsidi jumlah kuotanya sebesar 14,9 juta KL.
Baca juga: Cegah Kenaikan Harga Pertalite, Pemerintah Butuh Tambahan Subsidi Hampir Rp 200 Triliun, DPR Setuju?
“Hingga Juli, solar subsidi sudah tersalurkan 9,9 juta KL, sementara kuotanya 14,9 juta KL. Sementara pertalite, hingga juli sudah tersalurkan 16,8 juta KL, dari kuota 23 juta KL,” ucap Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada Tribunnews, (12/8/2022).
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yakni pertalite dan solar akan habis pada Oktober.
Anggota Komite BPH Migas, Saleh Abdurrahman mengatakan, hal tersebut bakal terjadi jika penyalurannya tidak dikendalikan.
Baca juga: Update Harga BBM Hari Ini 24 Agustus 2022: Pertalite, Pertamax, Hingga Dexlite
Lantaran, khusus Pertalite, masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang kelas ekonominya baik. Sehingga tak tepat sasaran.
“Sekarang kita lihat, konsumsi solar versus kuota kira-kira sudah di atas 50 persen,” ucap Saleh dalam sebuah webinar belum lama ini.
“Jika tidak dilakukan pengendalian, maka (kuota) subsidi kita akan habis di Oktober atau November,” pungkasnya.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.