Senin, 11 Juli 2022 – 07:34 WIB
VIVA – Osteoarthritis (OA) merupakan peradangan kronis di sendi yang terjadi akibat kerusakan pada tulang rawan. Osteoarthritis adalah jenis arthritis atau radang sendi yang paling sering terjadi, hingga menyebabkan beberapa keluhan, seperti sendi terasa kaku, sakit hingga bengkak.
Untuk memperbaiki atau mengganti sendi yang rusak, salah satu langkah yang ditempuh adalah melalui jalur operasi. Namun, beberapa orang memilih tidak mau menempuh cara tersebut dengan beberapa alasan.
Lalu, adakah cara pengobatan lain untuk mengobati osteoarthritis (OA), tanpa jalur surgery atau operasi?
Chairman ALTY Orthopaedic Hospital sekaligus Consultant Orthopaedic, Arthritis & Sport Surgeon, Prof. (C) DR Ruslan Nazaruddin Simanjuntak, menjelaskan, sakit lutut atau salah satunya osteoarthritis (OA), merupakan salah satu kondisi yang membutuhkan tindakan operasi.
“Contohnya kalau sakit dengkul OA (Osteoarthritis), secara medisnya mesti ditukar pakai ‘sparepart‘. Kalau dia gak mau, takut, atau mungkin ada masalah medis yang lain sehingga tidak bisa melalui pembedahan atau operasi, jadi pilihan pertama bisa pakai PRP,” ujarnya saat ditemui di ALTY Orthopaedic Hospital, Kuala Lumpur, Malaysia, baru-baru ini.
Platelet Rich Plasma (PRP) sendiri diartikan sebagai plasma darah yang telah diperkaya dengan trombosit, di mana salah satu kelebihan PRP adalah kemampuannya untuk merangsang penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
“PRP itu artinya injeksi ke lutut, tapi itu biasanya sementara aja. Setelah 6 bulan, mesti ditukar lagi. Kalau kaya gitu saya bilang serupa ganti oli. Itu gak bisa bertahan lama,” terang dia.
Lebih lanjut, Prof Ruslan menjelaskan, Osteoarthritis (OA) terdiri dari empat kelas, yaitu kelas 1, 2, 3, dan 4. Menurutnya, kelas 1 dan 2 masih bisa dilakukan tindakan non operasi. Sedangkan kelas 4, sudah harus dilakukan operasi.
Kemudian, tindakan non operasi kedua menurut Prof. Ruslan adalah dengan mematikan urat saraf di lutut.
“Kan biasanya ada urat saraf di lutut, kita matiin itu. Jadi, dia gak akan sakit. Walaupun dalam bentuk yang sudah rusak. Jadi kita matiin urat sarafnya. Tapi sama, nanti akan timbul dan sakit lagi. Tapi ini bisa bertahan setahun, lebih lama dari PRP,” pungkas Prof Ruslan Nazaruddin Simanjuntak.
Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.