Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengungkapkan polarisasi pada Pilpres 2019 membekas di dirinya.
Ia pun menjelaskan bagaimana dirinya sebagai pelaku dalam Pilpres 2019 mengalami polarisasi tersebut di antaranya ketika wartawan stasiun televisi Metro TV yang dimilikinya mendapat kekerasan.
Baca juga: Tak Hanya Dengan PKS dan Demokrat, Surya Paloh Buka Kemungkinan Nasdem Kerja Sama Dengan Partai Lain
Selain itu, kata dia, ada juga pihak yang menyebut Metro TV sebagai Metro Tipu.
Tak hanya itu, kata Surya Paloh, Partai Nasdem di beberapa daerah juga disebut sebagai partai penista agama.
“Ada hal yang membekas di diri saya. Saya berjanji saya berupaya untuk tidak terulangi lagi apa yang pernah terjadi pada Pemilu 2019. Saya tidak mendramatisasi tetapi itu membuktikan kalau kita belum siap benar, belum matang istilahnya, tidak dewasa kita, belum dewasa sekali kita menjalankan pemilihan umum secara langsung seperti ini,” kata Surya.
“Walaupun kita berhasil akhirnya mencapai garis finish Pemilu itu, terpilihnya pemerintahan yang baru. Tapi ada hal yang membekas, polarisasi masyarakat,” lanjut dia dalam sebuah wawancara di kanal Youtube CNN Indonesia dikutip pada Selasa (5/7/2022).
Menurutnya elite politik sangat menentukan dalam mewarnai republik perihal warnanya saling menghargai dan membutuhkan, atau barangkali warna yang saling membenci di antara kita satu sama lain.
Ia pun mengatakan tugas besar ada pada kita semua berupaya membangun kesadaran berbagai komponen dan kalangan agar polarisasi tidak terjadi lagi di masyarakat.
Baca juga: Cocok Jadi Cawapres, Ridwan Kamil Dinilai Mampu Dongkrak Elektabilitas Capres
“Bahkan partai mengusung katakanlah misalnya ada nama Anies Baswedan, saya harus siap-siap untuk menerima, menyatakan bahwa nasionalisme saya diragukan. Itu merupakan resiko yang harus saya ambil. Tidak ada masalah,” kata dia.
Ia berkeyakinan dengan niat baik dan akal sehat yang harus tetap terjaga justru membuatnya berkeinginan membangun perspektif yang baru.
Baca juga: Partai NasDem, Demokrat dan PKS Diprediksi Bakal Jadi Poros Baru, Berikut Reaksi Surya Paloh
Surya sulit membayangkan jika nantinya masyarakat membawa kebencian sepanjang hidup terhadap presiden yang terpilih pada 2024.
“Walaupun atas nama demokrasi kita bebas untuk mengatakan ini hak aku, suka atau tidak suka. Tapi kalau bisa kita membuat suasana ke arah yang lebih sedikit lebih nyaman. Walaupun kita tidak suka seseorang, walaupun kita tidak akan pilih seseorang,” kata dia.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.