Sabtu, 9 Juli 2022 – 23:25 WIB
VIVA Travel – Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores tengah bersiap mengembangkan empat zona pengembangan pariwisata di Hutan Bowosie, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kawasan pariwisata terintegrasi dan berkelanjutan tersebut menempati lahan seluas 400 hektare atau 1,98% dari luas keseluruhan hutan Bowosie yang mencapai 20.193 hektare.
Direktur Utama BPOLBF Shana Fatina mengatakan pengembangan kawasan ini akan dibagi dalam empat zona meliputi zona budaya, zona petualangan, zona alam liar, dan zona hiburan. Pertama yaitu zona budaya, dengan konsep menonjolkan kebudayaan Flores dan NTT dengan mengangkat keunikan dan keragaman budaya Flores dan NTT sebagai daya tarik wisata.
“Zona ini akan menampilkan atraksi seperti Hikayat komodo, Culture Performance Art, Museum, local cultural gallery, Agriculture Tourism dan pray hill. Kedua, Zona Alam liar dengan konsep menjaga eksotisme kehidupan alam liar berjalan beriringan dan menjadi daya tarik wisata, sebagai ruang untuk memperlihatkan cagar biosfer komodo pada wisatawan. Didalamnya akan menampilkan atraksi Natural Reserve Gallery, Mini Zoo, night safari dan lumina forest,” kata Shana Fatina dalam keterangan tertulisnya.
Berikutnya, lanjut Shana, zona Petualangan dengan konsep memberikan petualangan dan berbagai kegiatan alam terbuka yang unik dan berbeda. Didalamnya akan menampilkan atraksi seperti glamping, hiking and biking track, zipline coaster, tree top net playground, sky coaster, ATV offroad track, tree top cycling, glass walkway, flying fox dan outbound package.
Dan yang terakhir zona Hiburan dengan konsep menjadikan destinasi yang menyediakan berbagai aktivitas hiburan dan self-treatment, didalamnya berisi berbagai atraksi seperti sky restaurant, wedding venue, sunset view point, spa and wellness, forest pavilion dan park area.
“Kawasan Otorita Labuan bajo akan menjadi representasi landmark cagar biosfer komodo, karena tidak hanya menciptakan ruang bermain untuk manusia tapi juga ruang bermain untuk hewan, alam lengkap dengan ekosistemnya. Sebab itu kami melakukan pengkajian Amdal secara mendalam, diharapkan keragaman hayati Labuan bajo bisa hidup kembali dan lestari,” kata Shana Fatina.
Ia menambahkan, posisi kawasan pariwisata otorita sangat strategis, terletak diatas kota Labuan Bajo dan terlihat jelas dari Bandara Komodo sangat cocok untuk kegiatan pertemuan internasional, seperti Asian Summit dan kegiatan MICE lainnya.
Pemberdayaan masyarakat sekitar
Keberadaan kawasan pariwisata otorita Labuan Bajo disanggah oleh dua desa dan satu kelurahan, yaitu Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas dan Kelurahan Wae Kelambu.
Shana menjelaskan, sejak dua tahun lalu BPOLBF banyak melakukan program pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sekitar, seperti dengan karang taruna desa Golo Bilas melakukan pelatihan hidroponik dan dukungan bagi sanggar budayanya, dengan desa gorontalo melakukan program daur ulang sampah limbah plastik dan dengan kelurahan wae kelambu melalui program pengolahan sampah. Juga program pelestarian budaya Manggarai di kampung adat sekitar, seperti kampung adat Kaper.
“Kedepan juga diperlukan keterlibatan masyarakat sekitar kawasan untuk kebutuhan tenaga kerja tentunya, kami juga akan bermitra dengan masyarakat desa untuk menciptakan produk kreatif agar bisa terserap di kawasan otorita. Ini akan berkelanjutan, semakin maju kawasan otorita juga akan berdampak semakin maju juga masayarakat sekitar,” tutur Shana.
Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.