Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Ekonomi Mohammad Faisal mengapresiasi kinerja pemerintah di bidang ekonomi setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia dipastikan berada di atas rata-rata global.
Faisal mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada triwulan II 2022 mencapai 5,54 persen ini melebihi ekspektasi dan perkiraan banyak kalangan.
“Ini menunjukan ekonomi Indonesia relatif lebih resilience dibandingkan dengan banyak negara peers countries yang mana pada saat sekarang ketika terjadi tekanan global yang mengalami peningkatan, banyak negara yang mengalami perlambatan ekonomi dan bahkan beberapa juga sudah jatuh pada jurang resesi secara teknikal,” kata Faisal saat dihubungi wartawan, Senin (8/8/2022).
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Global Direvisi Menyusut, Ekonom Sebut Indonesia Mampu Tembus di Atas 5 Persen
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia ini menjelaskan capaian Indonesia ini tidak lepas dari bauran kebijakan di dalam negeri.
Ia menyebutkan keberhasilan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 menjadi salah satu kebijakan yang penting dalam menyelamatkan ekonomi Indonesia.
Selain itu, kebijakan fiskal seperti penambahan subsidi di bidang energi disebut Faisal menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Sebut saja salah satunya keberhasilan dalam pengendalian pandemi, pelaksanaan vaksinasi, sehingga sudah bisa dikendalikan pada tahun ini dan juga dari bauran kebijakan fiskal termasuk di antaranya penambahan subsidi untuk energi terutama BBM, listrik, dan juga gas yang disubsidi sehingga tidak meningkat harganya sehingga inflasi lebih bisa dikendalikan, Jadi ini memang perlu diapresiasi beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan pemerintah,” ujarnya.
Meskipun berhasil dalam mengendalikan inflasi saat ini, Faisal memberikan catatan bagi pemerintah terkait tantangan ekonomi ke depan. Pertama adalah adanya ancaman resesi global yang akan berdampak pada penurunan permintaan (demand) barang-barang ekspor dari negara-negara mitra dagang.
“Terutama negara-negara maju dan negara-negara besar yang artinya surplus perdagangan itu akan mengalami penyempitan yang artinya juga sumbangan ekspor terhadap GDP juga akan berkurang ke depan,” jelasnya.
Baca juga: Ekspor Taiwan di Bulan Juli Meningkat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
Catatan kedua dari Faisal adalah kemampuan pemerintah untuk tetap mengendalikan inflasi. Faisal mengatakan pada triwulan II 2022 inflasi yang mencapai 4,94 persen cenderung relatif dapat terkendali karena konsumsi rumah tangga meningkat mencapai 5,5 persen. Inflasi mengalami peningkatan namun masih dalam taraf moderat.
“Ke depan tekanan inflasi akan lebih besar kalau kemudian tidak diimbangi dengan kebijakan untuk meredam tekanan global,” katanya.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.