VIVA Edukasi – Yaumul Mizan adalah hari ditimbang semua amal baik dan buruk manusia untuk menerima keadilan dan permainan masing-masing. Yaum al-Mizan ini disebut juga dengan Yaum al-Hisab, yaitu hari diperhitungkannya seluruh perbuatan manusia, baik amal yang baik maupun amal yang buruk.
Pada hari itu manusia akan menerima balasannya masing-masing berdasarkan keadilan dari Allah SWT. Setelah manusia sampai di Padang Mahsyar, seluruh amal perbuatannya selama hidup di dunia akan dihitung atau ditimbang.
Bila amal lebih baik daripada amal buruknya, maka ia akan masuk surga. Dalam sebuah ayat Al Anbiya nomor 47 Allah SWT berfiman:
“Dan Kami akan menegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al Anbiya: 47)
Selain itu Allah Ta’ala juga berfirman dalam ayat Al A’raf: 8-9 yang bunyinya:
“Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran, barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung, Dan barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.”
Pengertian Yaumul Mizan
Dalam penjelasan di atas, dapat kamu memahami bahwa arti Yaumul Mizan merupakan hari penimbangan. Di mana semua amal ibadah kita selama di dunia akan dipertimbangkan. Sekecil apapun kalian dan sekecil apapun kesalahan kalian, semua akan dipertimbangkan dan dihitung adil dengan keadilan dan timbangan milik Allah SWT.
Mizan ini memiliki dua daun timbangan sebagaimana diceritakan dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan haditsnya nanti. Lalu, apakah yang ditimbang pada saat yaumul mizan kelak? Para ulama kita berbeda pendapat tentang apa yang dipertimbangkan pada saat yaumul mizan. Ada tiga pendapat dalam masalah ini.
Pendapat Pertama: Yang Ditimbang Adalah Amal
Pendapat ini didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqolani rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa yang dipertimbangkan adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204).
Pendapat Kedua: Yang Ditimbang Adalah Orangnya
Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang dipertimbangkan adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada hidupnya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badan, atau banyaknya daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”Bacalah..“Dan Kami tidak memiliki suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)
‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil gambar pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil.
Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung uhud.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 3192).
Pendapat Ketiga: Yang Ditimbang Adalah Lembaran Catatan Amal
Pendapat ketiga terkait apa yang akan ditimbang pada saat yaumul mizan kelak adalah lembaran catatan amalnya.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan (yang artinya): “Sungguh Allah akan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat di mana ketika itu dibentangkan 99 catatan catatan (dosa) milik.
Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak Wahai Rabbku.’
Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya memiliki satu-satunya kebaikan di sisi-Ku dan sungguh-sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:
Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,’
Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat.
Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang Anda miliki Nama Allah.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad, no. II/213. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits ash- Shahihah, no.135)
Pendapat terakhir yang dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…” (At-Tadzkirah, hal. 313).
Nah, itu pengertian Yaumul Mizan yang dapat Viva berikan. Semoga bermanfaat!
Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.