JawaPos.com – Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang terletak di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Jogjakarta (DIJ) terus dilengkapi fasilitas penunjangnya. Salah satunya adalah keberadaan kereta bandara yang menghubungkan pusat Kota Jogja dengan Bandara YIA.
Beroperasi sejak sekitar setahun silam, mulai pekan lalu kereta dengan tiga stasiun pemberhentian ini, Tugu-Wates-Bandara YIA, menambah frekuensi perjalanan menjadi 24 kali pulang-pergi. Kepala Humas Daop 6 Yogyakarta, Franoto Wibowo menjelaskan, sejak beroperasi Agustus 2021, trafik kereta Bandara YIA sudah mengalami tiga kali perubahan.
“Tadinya 8 perjalanan, kemudian 20 perjalanan, dan mulai 17 Agustus 2022 kami tambah trafik 4, menjadi 24 perjalanan,” katanya saat menerima kunjungan LMAN dan wartawan di Bandara YIA, Rabu (24/8).
Adapun tarif perjalanannya masih sama sejak pertama kali beroperasi, yakni Rp 20 ribu. Ini merupakan tarif subsidi alias Public Service Obligation (PSO) dan bukan merupakan tarif keekonomian.
Mengenai berapa tarif jika subsidi ini berakhir, pihak Daop 6 selaku operator hanya mengikuti ketetapan dari regulator. Yang pasti, kata Franoto, kereta Bandara YIA menjadi pilihan moda transportasi dari dan menuju pusat Kota Jogja yang nyaman, aman, efektif, dan efisien.
Dibandingkan moda transportasi lain, kereta Bandara YIA dengan tarif PSO terbilang lebih ekonomis. Selain itu, kereta ini juga menjamin kenyamanan serta ketepatan waktu.
“AC dingin, kursi nyaman, dan di kanan-kiri ada charger untuk laptop dan hp. Waktu tempuh dari Kota Jogja-Bandara YIA yang kalau dengan jalan darat bisa 1 sampai 1,5 jam, dengan kereta bandara hanya 39 menit,” jelas Franoto.
Dalam kesempatan sama, Direktur Pendanaan Lahan Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) menyampaikan bahwa kereta Bandara YIA merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor perkeretaapian yang pembebasan lahannya dibiayai LMAN. Adapun alokasi anggarannya sebesar Rp 223,427 miliar.
“Hingga saat ini sudah terealisasi Rp 215,58 miliar atau 96,49 persen. Jadi, masih ada sekitar tiga persen yang belum dibebaskan lahannya, ini karena butuh izin instansi,” ungkap Koswara, menjelaskan lahan yang belum dibebaskan salah satunya berupa tanah kas desa.
Lebih lanjut Koswara mengatakan, sektor perkeretaapian menjadi PSN terbesar yang dibiayai oleh LMAN setelah jalan tol. Total ada sembilan PSN perkeretaapian yang tanahnya dibiayai LMAN, terdiri dari dua proyek di Sumatera, enam proyek di Jawa, dan satu proyek di Sulawesi.
“Total alokasi untuk sembilan PSN sektor perkeretaapian yaitu sebesar Rp 4,53 triliun. Dengan realisasi hingga saat ini sebesar Rp 2,84 triliun atau 62,75 persen,” imbuh Koswara.
Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.