Jumat, 19 Agustus 2022 – 08:06 WIB
VIVA Showbiz – Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Bumi Purnati Indonesia dan Ciputra Artpreneur dengan bangga mempersembahkan pertunjukan teater berkelas internasional Under the Volcano. Under the Volcano merupakan pertunjukan hasil kolaborasi antara Bumi Purnati Indonesia dan Komunitas Seni Hitam Putih Sumatera Barat yang bisa disaksikan pada Sabtu, 27 Agustus 2022 pukul 16.00 dan 20.00 WIB di Ciputra Artpreneur Theater.
Restu Kusumaningrum, Direktur Artistik Bumi Purnati Indonesia mengungkapkan, Under the Volcano telah beberapa kali dipentaskan. Pertama kali dihadirkan dalam acara Olimpiade Teater ke-6 di Dayin Theatre, Beijing, Tiongkok pada 7 dan 8 November 2014. Selanjutnya, pada 21-23 April 2016, Under the Volcano kembali mengulang kesuksesan saat pementasan di TheatreWorks, Singapura dan terakhir pada 24 November 2018, Under the Volcano juga ditampilkan pada perhelatan budaya Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2018 di Panggung Akshobya Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
“Kami harap pertunjukan keempat ini dapat memperoleh apresiasi yang tinggi dari para penikmat seni serta memperkenalkan syair-syair lampau dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada generasi muda,” kata Restu lewat rilis yang diterima VIVA.
Pementasan yang disutradarai oleh Yusril Katil ini merupakan sebuah karya yang mengangkat tema bencana alam, terinspirasi dari “Syair Lampung Karam” karya Muhammad Saleh yang ditulis pada 1883. Komunitas Seni Hitam Putih yang berasal dari Padang Panjang melihat apa yang digambarkan Muhammad Saleh dalam syairnya, sangat relevan dengan situasi di kampung halaman mereka yang harus selalu waspada terhadap bencana alam karena kontur geografis yang dikelilingi gunung berapi. Jika dilihat dalam konteks yang lebih jauh lagi, “Under the Volcano” juga merupakan sebuah pengingat bagi masyarakat Indonesia bahwa bencana alam akan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat karena lokasi geografis yang terletak di lintasan ring of fire.
Dalam karya yang dimainkan oleh Komunitas Seni Hitam Putih dan Jajang C. Noer, dikomposeri oleh Elizar Koto dengan dramaturgi Rhoda Grauer ini, nuansa Minangkabau yang dinamis dan melankolis amat terasa, dengan pesan universal yang disampaikan bahwa “jika hari ini adalah tahun 1883, untuk bertahan hidup dari bencana alam seseorang harus bergantung pada bantuan orang lain”. Under the Volcano dibagi menjadi enam bagian dan dilakonkan dengan narasi berbahasa Melayu dan Minangkabau yang diperkuat dengan elemen silat, tarian, musik, dan efek visual digital yang menakjubkan. Musik dan tarian didasarkan pada bentuk-bentuk tradisional Melayu yang digubah untuk mencerminkan berlalunya waktu, berdampingan dengan komposisi musik dan tarian kontemporer.
Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.