Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO – Memburuknya krisis ekonomi di Sri Lanka hingga memicu kekosongan pasokan BBM di seluruh tempat pengisian bahan bakar, membuat sejumlah masyarakat di Sri Lanka mulai beralih menggunakan sepeda sebagai moda transportasi.

Seperti dokter asal Sri Lanka Suchitha Kahaduwa yang telah meninggalkan mobilnya di garasi dan beralih menggunakan sepeda, meski harus menghabiskan waktu selama berjam-jam namun dengan begini Kahaduwa dapat menjangkau para pasiennya.

“Terakhir kali, sekitar tiga minggu yang lalu, saya berada dalam antrian bensin selama tiga hari. Saya putus asa dan akhirnya membeli sepeda.” jelas Kahaduwa, dokter berusia 41 tahun ini.

Baca juga: Ekonomi Morat-marit, Sri Lanka Jual Solarnya ke Dunia Usaha Pakai Uang Dolar

Kahaduwa tak sendiri, beberapa rekannya dari profesional kelas menengah juga melakukan hal yang sama dengan beralih menggunakan sepeda sebagai moda transportasi utama untuk membantu kegiatan sehari-hari mulai dari perjalanan bekerja hingga berbelanja bahan pangan.

Krisis BBM yang terjadi selama beberapa bulan terakhir imbas habisnya cadangan devisa untuk melakukan impor bahan bakar telah memaksa warga Sri Lanka beralih menggunakan sepeda, situasi ini bahkan membuat permintaan kendaraan roda dua ini mengalami lonjakan sepuluh kali lipat hanya dalam kurun waktu sebulan, terhitung sejak Mei hingga Juni 2022.

Baca juga: Tidak Minta ke Barat, Presiden Sri Lanka Memohon ke Vladimir Putin Kirim BBM untuk Rakyatnya

“Karena masalah bensin, semua orang minta sepeda,” kata Victor Perera, pemilik toko sepeda asal Sri Lanka.

Sayangnya karena utang luar negeri di Sri Lanka yang kian membengkak membuat pemerintah membatasi aktivitas impornya, kondisi ini membuat stok sepeda di Sri Lanka menipis hingga harga sepeda di Sri Lanka dipatok dengan harga yang cukup tinggi.

“Impor sepeda dilarang. Jadi importir menjual stoknya dengan harga tinggi. Kini impor sepeda dilarang. Jadi, importir menjual stoknya dengan harga tinggi,” jelas Perera yang dikutip dari Reuters.

Kondisi ekonomi Sri Lanka yang kian memprihatinkan tak hanya memicu krisis BBM, namun juga telah membuat 22 juta warga di negara ini mengalami kesulitan pangan.

Segala upaya telah dilakukan pemerintah Sri Lanka untuk mencegah tingginya kerugian, salah satunya dengan melakukan restrukturisasi utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada bulan Agustus mendatang.

Baca juga: Presiden Sri Lanka Minta Vladimir Putin Bantu Impor Bahan Bakar

Serta melanjutkan pembicaraan paket bailout senilai 3 miliar. Meski IMF hingga kini belum menyetujui permintaan tersebut, namun dengan bantuan itu Sri Lanka dapat menata kembali ekonomi negaranya yang telah hancur.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.