TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi pameran seni lukis karya Ireng Halimun, bertajuk ‘Langkah 5inga 7antan’.
Eksistensi Ireng dalam dunia seni lukis tidak hadir dari ruang hampa, melainkan dibentuk dan ditempa oleh latar belakang akademis dan pengalaman kehidupan.
Ketertarikan Ireng pada seni sastra dan seni musik, semakin memperkaya karakter dan sosok Ireng sebagai seorang pelukis.
“Jiwa dan kreativitas seni Ireng Halimun yang terus mengalir dari waktu ke watu seiring lini masa, ibarat oase yang tidak pernah kering dalam memberi warna dunia seni rupa tanah air. Ini selaras dengan filososi yang dianut Ireng, bahwa ‘berkesenian’ adalah ‘bergerak’. Dan penyelenggaraan pameran lukisan, adalah salah satu wujud manifestasi nyata dari ‘gerak kehidupan’ karya seni,” ujar Bamsoet saat membuka pameran seni lukis karya Ireng Halimun ‘Langkah 5inga 7antan’ di Balai Budaya, Jakarta, Jumat (12/8/2022).
Ketua DPR RI ke-20 sekaligus mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini sepakat dengan visi Ireng tentang seni, bahwa berkesenian bukanlah sekadar suatu pilihan, tetapi suatu kebutuhan.
Karena sebagai kebutuhan, maka di dalam berkesenian yang dikedepankan adalah afeksi (kecintaan) terhadap apa yang dilakukan.
“Kita bersyukur bahwa saat ini dunia seni rupa di tanah air sudah mengalami kemajuan yang pesat. Begitu banyak kreativitas seni rupa yang terlahir dalam beragam gaya, corak, dan pilihan objek. Kemajuan ini harus kita pandang sebagai bagian dari kemajuan kebudayaan bangsa kita pada umumnya,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini memaparkan, penyelenggaraan pameran lukisan akan membuka ruang interaksi dan jembatan komunikasi bagi segenap pemangku kepentingan di bidang seni rupa.
Bagi penikmat seni, pameran lukisan akan memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi secara leluasa setiap hasil karya yang dipamerkan.
“Saya percaya sebuah gambar bernilai ‘seribu kata’. Mendeskripsikan sebuah karya lukis ke dalam bahasa verbal secara ‘tersurat’, tidak akan pernah mewakili sepenuhnya pesan yang ‘tersirat’ dalam bahasa visual. Dalam konsepsi ini, kedalaman makna lukisan terasa lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dibandingkan deskripsi verbal yang memiliki keterbatasan rujukan,” pungkas Bamsoet. (*)
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.