Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO – Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dikabarkan melanjutkan pelarian menuju Singapura untuk menghindari amukan warga Sri Lanka atas bangkrutnya ekonomi negara kepulauan itu, setelah sebelumnya bersembunyi di Maladewa.
Khawatir rakyatnya yang dipenuhi amarah akan menyusulnya ke Maladewa, Rajapaksa bersama istrinya, Ioma Rajapaksa, serta dua petugas keamanan melanjutkan pelarian menuju Singapura, dengan menggunakan pesawat SQ 437 dari Male menuju Singapura pada Rabu malam (13/7/2022).
Mengutip dari Daily Mirror, penerbangan ini dilakukan Rajapaksa dan rombongannya setelah ia mendapat persetujuan penuh dari Kementerian Pertahanan Singapura.
Tepat setelah Rajapaksa mendarat di Singapura pihaknya lantas mengajukan surat pengunduran diri sebagai presiden kepada Ketua Parlemen Sri Lanka.
Ini terjadi usai kediamannya yang berada di Kolombo ramai diserbu oleh ribuan massa, yang memprotes kebangrutan Sri Lanka selama kekuasaan dinasti keluarga Rajapaksa berlangsung.
Selama empat tahun setelah Gotabaya Rajapaksa ditetapkan sebagai presiden, kondisi ekonomi Sri Lanka makin menunjukkan kemunduran.
Baca juga: Tinggalkan Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa Dikabarkan Kabur ke Maladewa
Puncaknya pada Mei 2022 lalu, para pemimpin negara ini menyatakan default akibat gagal membayarkan utangnya senilai miliaran dolar AS karena kehabisan cadangan devisa negara.
Hal inilah yang makin membuat 22 juta warga di Sri Lanka harus hidup dalam keterbatasan, hingga akhirnya pada pekan lalu amukan warga pecah lantaran janji Rajapaksa untuk menstabilkan ekonomi Sri Lanka gagal dilakukan.
Baca juga: Jatuhnya Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa karena Kesalahan Fatal yang Jadi Awal Kebangkrutan
Sebagai informasi pelarian diri ini bukanlah yang pernah dialami Rajapaksa, sebelum klabur menuju Maladewa dan Singapura Rajapaksa diketahui sempat ingin mengamankan diri ke Dubai, namun rencana tersebut selalu gagal.
Usai mundurnya Rajapaksa para pemimpin otoritas Sri Lanka pun langsung menunjuk Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe sebagai pejabat presiden.
Meski keputusan tersebut ditolak oleh masyarakat Sri Lanka, namun para otoritas percaya Wickremesinghe mampu menstabilkan kembali ekonomi Sri Lanka yang telah hancur.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.