Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Harga minyak turun pada perdagangan hari ini, Jumat (19/8/2022), di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi global.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 36 sen atau 0,4 persen menjadi 96,23 dolar AS pada pukul 03:09 GMT.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 21 sen atau 0,2 persen menjadi 90,29 dolar AS per barel, setelah naik 2,7 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Baca juga: Tak Terpengaruh Sanksi Barat, Pendapatan Ekspor Minyak Rusia Malah Meningkat 38 Persen

Data bahan bakar mingguan AS yang bullish mendukung optimisme adanya peningkatan permintaan bahan bakar untuk jangka pendek.

Namun menurut analis komoditas di Rakuten Securities, Satoru Yoshida mengatakan kekhawatiran resesi yang berkepanjangan dan kemungkinan peningkatan produksi minyak yang kecil dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, atau yang dikenal sebagai OPEC+, telah membatasi kenaikan harga minyak.

Persediaan minyak mentah AS anjlok setelah Negara Paman Sam ini mengekspor 5 juta barel minyak per hari pada minggu lalu.

Perusahaan minyak AS menerima permintaan besar dari negara-negara Eropa yang ingin beralih dari minyak mentah Rusia.

Untuk menjaga pasokan minyak mentahnya tetap tersedia, kilang minyak AS berencana terus beroperasi penuh di kuartal ini.

Baca juga: Jaga Hubungan Persahabatan, Myanmar akan Impor Minyak dari Rusia

Penyulingan minyak AS akan mengirimkan lebih banyak bahan bakar dan mengesampingkan kekhawatiran mengenai resesi serta penurunan harga minyak.

Meningkatnya produksi bahan bakar AS dapat mengimbangi ekspor produk minyak China yang lebih rendah tahun ini, menyusul keputusan Beijing untuk memprioritaskan pasar lokal sebagai langkah China untuk mengekang inflasi bahan bakar domestik.

Mengenai pasokan, sekretaris jenderal OPEC Haitham Al Ghais menyebut alih-alih menyalahkan OPEC atas kenaikan harga energi, investasi di sektor energi yang tidak mencukupi berkontribusi besar atas melonjaknya harga bahan bakar.

Sementara itu, OPEC+ akan mengadakan pertemuan pada 5 September mendatang untuk menyesuaikan produksi minyak. Al Ghais menambahkan, OPEC ingin memastikan Rusia tetap menjadi bagian dari kesepakatan produksi minyak OPEC+ setelah tahun 2022.

Namun dimulainya kembali produksi minyak Libya dan ekspor berkelanjutan dari Rusia dan Iran telah mengurangi ketatnya pasokan global.

Baca juga: Harga Minyak Mengalami Kenaikan Setelah Menurunnya Stok Bahan Bakar AS

Rusia memperkirakan produksi dan ekspor minyak akan meningkat hingga akhir tahun 2025. Kementerian Ekonomi Rusia memperkirakan pendapatan dari ekspor energi akan naik 38 persen tahun ini, yang didorong oleh tingginya volume ekspor minyak.

Sedangkan Iran telah meningkatkan ekspor minyaknya pada bulan Juni dan Juli. Negara ini akan meningkatkan kembali ekspor minyaknya bulan ini.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.