Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Para pembuat mie instan di Thailand berencana untuk menaikkan harga mie di negara gajah putih itu sebanyak dua baht atau sekitar Rp 831.85 (dengan satuan TBH, Rp 415.92).

Hal itu dilakukan untuk menutupi naiknya biaya produksi karena telah melonjaknya harga gandum di pasar global.

Berdasarkan data Trading Economics yang dirilis pada 9 Agustus kemarin, rata-rata harga gandum dunia telah naik sebanyak 9,74 persen hingga harganya tembus mencapai 780,4 dolar AS per gantang.

Baca juga: Kapal Sewaan PBB Pertama Inisiatif Program Pangan Dunia Bawa Gandum Ukraina Berlayar ke Afrika

Melonjaknya harga gandum terjadi imbas dari adanya pemblokiran jalur laut hitam yang dilakukan Rusia pada Ukraina. Hal tersebut yang membuat pengiriman gandum dari Ukraina menjadi tersendat.

Peran gandum Ukraina menjadi penting lantaran negara ini menyumbang 10 persen dari pasar gandum dunia.

Akibat aksi pemblokiran tersebut kini 180 juta juta ton gandum di Ukraina tidak bisa diekspor ke luar. Sementara Thailand menjadi salah satu negara yang bergantung pada impor gandum tersebut.

Terhambatnya pasokan gandum di tengah lonjakan harga bahan bakar minyak, membuat harga gandum di Thailand dipatok lebih tinggi dari biasanya. Tekanan inilah yang membuat para perusahaan mie instan di negeri gajah putih merugi apabila mereka tak menaikan harga mie produksinya.

“Harga minyak telah meningkat pesat akibat konflik Rusia-Ukraina, telah membuat harga tepung terigu dan minyak sawit juga ikut meningkat tajam,” kata Weera Napapruekchat, Wakil Presiden Pabrik Produk Makanan Thailand.

Melansir dari Reuters rencananya lima perusahaan mie instan yang ada Thailand termasuk Mama, Wai Wai dan Nisshin akan mengajukan permohonan pada pemerintah pusat agar mereka diizinkan untuk menaikan harga mie sebanyak dua baht dari 6 baht (Rp 2,494) menjadi 8 baht (Rp 3,326).

Belum diketahui apakah pemerintah akan menyetujui usulan ini, namun apabila pemerintah memberikan lampu hijau pada para perusahaan mie instan untuk mengerek naik harga produknya, maka kenaikan harga ini jadi yang pertama setelah 14 tahun terakhir pemerintah Thailand mematok produk mie di harga normal.

Sebaliknya, apabila kenaikan harga tersebut tidak diizinkan oleh pemerintah, Weera menyebut bahwa para pembuat mie instan akan mengurangi penjualan di Thailand dan beralih ke pasar luar negeri. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi terjadinya pembengkakan kerugian lebih lanjut.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.