JawaPos.com- Tupal Fashion Night, salah satu pengisi acara di Kick-off Satu Abad NU Jatim pada Kamis (28/7) malam, memang terasa spesial. Bukan hanya baru pertama tergelar. Model-model yang mengenakan busana rancangan desainer pesantren itu bukan orang biasa. Tapi, para putra-putri kiai (Gus dan Ning) serta sejumlah pejabat publik.

Tepuk tangan riuh. Bercampur dentum irama yang menyelimuti malam Tugu Pahlawan, Surabaya. Sesekali disertai selingan tawa bangga saat para ’’model dadakan’’ itu berjalan di atas cat walk. Ribuan kamera pengunjung teracung. Berlomba-lomba mengabadikan. Seolah mereka tidak mau ketinggalan. Momen langka dan bersejarah itu.

Tampak antarmereka memberikan komentar setiap kali melihat sosok yang tampil di hadapannya. Bukan hanya pengunjung perempuan. Namun, juga laki-laki. Mereka yang hadir malam itu sebagian besar para tokoh dari kalangan pesantren dan pimpinan NU di Jatim. Termasuk pejabat dan kepala daerah.

Selain sejumlah model profesional, yang tampil di Tupal Fashion Night antara lain Gus Salam dan Ning Neli (Ponpes Denanya, Jombang); Gus Haris dan Ning Marisa (Ponpes Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo); Gus Ahmad dan Ning Sheila (Ponpes Lirboyo Kediri), dan Lora Nasikh dan Ning Vikcy (Ponpes Syaichona Cholil Bangkalan).

Lalu, dari perwakilan pejabat ada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi beserta istri, Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Akhmad Yusep Gunawan dan istri, serta Rektor Unesa Prof M. Nurhasan dan istri. Mereka terlihat luar biasa. Begitu anggun. Serasi dengan busana yang mereka pakai. Kalaupun sedikit kaku, ada ketegangan, wajar saja. Baru pertama di acara seperti itu.

Wali Kota Eri Cahyadi, misalnya. Dia terlihat mengenakan batik Gajah Oling Banyuwangi. Desain kemeja slim fit dan celana sarung. Terlihat modis dan gaul sesuai karakternya. Demikian juga Rini Indriyani, istri Wali Kota. Gaun yang dikenakan simpel dan elegan sesuai karakter femininnya.

Kapolrestabes Surabaya Akhmad Yusep Gunawan beserta istri saat ikut tampil di Tupal Fashion Night.

”Saya sebetulnya tadi ingin memakai baju putih. Namun, karena diminta Bunda Khofifah (Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Red) untuk memakai busana ini, maka ya tidak bisa menolak,” kata Eri.

Begitu pula penampilan Kombespol Akhmad Yusep Gunawan. Orang nomor satu di Polretabes Surabaya itu juga memakai batik Gajah Oling, Banyuwangi. Kemeja dan celana yang dikenakan tampak smart, elegan dan tegas sesuai karakternya. Busana yang dikenakan sang istri juga perfect. Terlihat simple dan elegan dengan bawahan celana kulot, outer dan dalamannya, kelihatan lebih slim, elegan, dan makin cantik.

Penampilan Rektor Unesa Prof M. Nurhasan dan istri, juga tidak kalah heboh. Mengenakan busana warna-warni sporty. Berjaket sport berpadu dengan topi serta membawa bola. Guru besar itupun terasa lebih muda. Gerak lincahnya saat di panggung. Di ujung panggung, pasutri itupun melempar topi, jaket, dan bola ke pengunjung. Berebut. ‘’Jamnya sekalian Prof,’’ teriak sejumlah pengunjung dengan tertawa lepas.

Aksi para ’’model dadakan’’ itu terasa menenggelamkan para model profesional yang tampil malam itu. Sorot mata dan kamera pengunjung banyak tertuju kepada mereka. Pikirnya, model profesional itu sudah lazim. Busana-busana di Tupal Fashion Night itu merupakan karya desainer kader muda NU. Yakni, Ning Ficky Aisyah dan Listya Ayu Qudus.

Listya Ayu kepada Jawa Pos mengaku bersyukur gelaran Tupal Fashion Night berjalan baik. Sebelum tergelar, praktis dirinya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Beradu dengan waktu dan nervous. Maklun, baru kali pertama ada peragaan busana yang diikuti dengan melibatkan Gus, Ning, dan para tokoh. Kalau model profesional sudah tidak terhitung.

‘’Ya, sudah pasti kepikiran. Aduh, gimana ya nanti dan seterusnya. Tapi, Alhamdulillah, meski banyak apresiasi, namun tentu saya tidak lantas berhenti. Tidak berpuas diri. Saya masih harus terus banyak belajar. Sebab, ilmu dan pengetahun terus berkembang seiring perubahan zaman,’’ ujar desainer profesional itu.

KH Abdussalam Shohib (Gus Salam), pengasuh Ponpes Denanyar, Jombang, beserta istri juga tampil di Tupal Fashion Night.

 Apresiasi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa

Dari kursi undangan, Gubernur Khofifah Indar Parawansa pun tampak berkali-kali mengulum senyum. Sorot mata gubernur pertama perempuan di Provinsi Jatim itu seolah tidak berkedip. Terus menatap. Kamera smartphone-nya juga kerap dipakai untuk merekam momen langka itu. Yang menarik, busana yang dikenakan gubernur malam itu juga begitu tampak berbeda. Good looking.

Seperti diberitakan sebelumnya, selain peragaan busana, Kick-off Satu Abad NU bertema Harmoni, Kolaborasi, dan Inovasi itu juga diisi kolaborasi puisi tiga ulama besar. Yakni, Ketua Umum MUI Jatim KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dan Ketua PW Muhammadiyah Jatim KH Saad Ibrahim.

Ada juga paduan suara lintas agama, kolaborasi qori dan saritilawah TNI-Polri, Ikatan Seni Hadrah Indonesia (Ishari) 1oo Milenial, dan aksi Barongsai dari Klenteng Boen Bio, Surabaya, hingga atraksi silat Pagar Nusa.

Melihat beragam aksi kolaborasi tersebut, Khofifah memberikan apresiasi. Dia menyebut, event itu menjadi suatu bentuk harmonisasi dan kolaborasi yang luar biasa. NU hadir selalu merangkul tidak memukul. Penuh kedamaian. ’’NU hadir untuk semua tidak hanya untuk warga NU saja, tapi juga seluruh kalangan. Bagaimana NU ada untuk membangun peradaban dan perdamaian dunia,” katanya.

Gelaran Tupal Fashion Night itu juga menjadi gambaran bahwa fashion muslim ini menjadi potensi besar. Bisa dikembangkan sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi. Selain itu, banyak warga NU yang juga merupakan desainer baju muslim seperti Ning Ficky dan Listya Ayu Qudus.

‘’Warga NU saat ini sudah banyak melakukan inovasi di berbagai sektor, sampai di dunia fashion sekalipun. Mudah-mudahan potensi yang dimiliki ini dapat terus dikembangkan dan memberikan manfaat bagi semua,” katanya.

Khofifah mengatakan, harmonisasi, kolaborasi, dan inovasi saat ini menjadi hal penting. Apalagi semuanya telah menghadapi perubahan zaman. Bergerak cepat sekali. Ada tatanan baru kehidupan yang didorong oleh kemajuan teknologi atau sering disebut disrupsi. Era baru bukan lagi soal kompetisi, melainkan kolaborasi, kreatifitas dan inovasi.

’’Kemudahan kita terhubung dengan siapapun harus dimanfaatkan untuk berinteraksi, berdiskusi, berbagi. Dengan kolaborasi maka kita bisa menciptakan sesuatu yang lebih besar dan lebih bermanfaat,” ungkapnya.

Apresiasi juga datang dari kalangan pesantren. Salah satunya dari KH Muhammad Abdurrahman Al Kautsar atau akrab dipanggil Gus Kaustar, putra dari KH Nurul Huda Djazuli, Ponpes Al Falah, Ploso, Kediri. Dia menyebut, NU memang harus adapatif terhadap perubahan. ‘’Selama tidak offside atau keluar dari norma-norma, budaya, dan syariat, tidak ada masalah. Kiai-kiai sepuh juga saya yakin tidak masalah,’’ ujarnya kepada Jawa Pos.

Justru, pihaknya akan terus mendorong anak-anak pesantren atau kalangan muda NU untuk terus berkreasi dan berinovasi. Sesuai bakat dan kompetensi masing-masing. Para santri mesti berani dan mampu bergerak out of the box. Tidak harus semua menggeluti arus utama seperti menjadi guru.

Para santri dan alumni santri, lanjut Gus Kautsar, harus juga merambah bidang fashion, teknologi informasi, dan profesi-profesi atau bidang lain yang dapat memberikan manfaat. Namun, pondasi utamanya tetap Ahlusunnah Waljamaah An Nahdliyyah.

Anggota DPD RI asal Jatim Ahmad Nawardi mengungkapkan, rangkaian Kick-off Satu Abad NU ini memang momen langka dan bersejarah. Tidak akan berulang. Karena itu, dirinya pun ikut hadir dan ingin menjadi satu saksi sejarah itu. ‘’Seratus tahun ke depan atau memasuki abad kedua, kita-kita ini sudah tidak ada. Berganti generasi. Saya ikut bangga dengan kemajuan dan inovasi kader-kader NU,’’ ungkapnya.

Dari Kiri, Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar, Ketua MUI Jatim KH Mutawakkil Alallah, dan Ketua PW Muhammadiyah Jatim KH Dr Saad Ibrahim, saat berkolaborasi membacakan puisi kebangsaan.


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.