Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Asian Development Bank (ADB) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara di Asia yang dikhawatirkan memburuk akibat lockdown Covid-19, kenaikan suku bunga di negara maju, hingga perang di Ukraina.

Menurut prospek ekonomi terbaru ADB yang dirilis pada Kamis (21/7/2022) menunjukkan bahwa perekonomian di negara seperti China dan India diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023.

Sementara pada bulan April, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi di China dan India masing-masing sebesar 5,2 persen dan 5,3 persen.

Baca juga: ADB Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 4,6 Persen

Dilansir dari Aljazeera, Jumat (22/7/2022) Ekonomi China diperkirakan akan tumbuh 4 persen tahun ini, direvisi turun dari 5 persen, di tengah “gangguan dari penguncian Covid-19 baru” dan “permintaan global yang lebih lemah”.

Sedangkan ekonomi India diperkirakan tumbuh 7,2 persen tahun ini, turun dari perkiraan ekspansi 7,5 persen pada April, meskipun pertumbuhan diperkirakan akan pulih menjadi 7,8 persen pada 2023.

Melawan tren negatif, prospek pertumbuhan negara-negara kepulauan Pasifik direvisi naik menjadi 4,7 persen, dari 3,9 persen, di tengah rebound pariwisata di Fiji yang lebih kuat dari perkiraan.

Baca juga: IMF Beri Sinyal Ada Pemangkasan Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Takut-takuti?

“Dampak ekonomi dari pandemi telah menurun di sebagian besar Asia, tetapi kita masih jauh dari pemulihan penuh dan berkelanjutan,” kata Albert Park, Kepala Ekonom ADB.

“Di atas perlambatan di RRC, dampak dari perang di Ukraina telah menambah tekanan inflasi yang menyebabkan bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga, bertindak sebagai rem pertumbuhan. Sangat penting untuk mengatasi semua ketidakpastian global ini, yang terus menimbulkan risiko bagi pemulihan kawasan ini.” imbuhnya.

Meskipun menghadapi tekanan harga yang tidak terlalu berat dibandingkan dengan bagian lain dunia, China, India dan negara berkembang lainnya di Asia juga diperkirakan akan mengalami inflasi yang memburuk selama dua tahun ke depan.

Inflasi diperkirakan mencapai 4,2 persen pada 2022 dan 3,5 persen pada 2023, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya masing-masing sebesar 3,7 persen dan 3,1 persen.

Di sisi lain, prospek suram ADB tersebut merupakan sebuah peringatan baru untuk ekonomi global, karena perlambatan ekonomi China, kenaikan suku bunga di negara maju, dan krisis Ukraina meningkatkan kekhawatiran penurunan ekonomi global.

Secara terpisah, Dana Moneter Internasional (IMF) awal bulan ini mengatakan, akan “secara substansial” menurunkan prospek ekonomi global dalam pembaruan berikutnya, setelah memangkas perkiraan pertumbuhan di tahun 2022 dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen untuk memperhitungkan invasi Rusia ke Ukraina.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.