Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Melakukan intercept pesawat angkut militer Lockheed C-5 Galaxy Angkatan Udara Amerika Serikat adalah pengalaman yang mendebarkan bagi Komandan Komando Sektor III Koopsud III Marsekal Pertama TNI Wastum selama menjadi penerbang tempur TNI Angkatan Udara.

Wastum menceritakan setelah pulang kantor saat itu, Komando Sektor II TNI AU di Makassar melaporkan adanya Lasa X atau penerbangan yang tidak memiliki izin masuk di wilayah udara Indonesia.

Setelah itu, sebagai penerbang pesawat tempur F-16 TNI AU, ia kemudian diperintahkan melakukan persiapan untuk melakukan intercept terhadap pesawat tersebut.

Saat itu, kata dia, dua pesawat tempur F-16 TNI AU kemudian mengejar pesawat tersebut.

Baca juga: Kisah Marsma TNI Wastum Baru Belajar Setir Mobil Setelah Mahir Terbangkan Pesawat Tempur F-16

“Langsung intercept ke sana, speed optimum kita, poin 9,8 full, mau masuk mach number itu. Itu sampai ketinggian 36 ribu kaki. Kita intercept dari Madiun, kita kenanya di Selat Makassar itu. Kita komunikasi dengan dia,” kata Wastum di kanal Youtube Jenderal Andika Perkasa pada Kamis (7/7/2022).

“Dan yang amazing saya, pilotnya cewek. Pesawat segitu besarnya, C-5 Galaxy kan gede banget pesawatnya, dan itu pilotnya cewek,” lanjut Wastum.

Ia pun mengungkapkan pilot tersebut menyampaikan kepadanya alasan mengapa pesawat yang diterbangkannya sampai ke sana.

Baca juga: Sosok Marsma Wahyu Hidayat, Perwira TNI AU Pertama yang Ditunjuk Jadi Komandan Paspampres

Menurut informasi dari pilot tersebut, mereka terbang dari Kadena Air Force Base Jepang menuju Diego Garcia di Samudera Hindia.

Seharunya, kata Wastum, mereka terbang lewat Laut China Selatan.

Namun demikian, karena di jalur yang seharusnya mereka lewati ada badai sehingga masuk melalui ALKI II.

Hal tersebut kemudian ia laporkan kepada komando atas.

Baca juga: Resmikan Gedung Surindro Supjarso, Ketua DPR akan Berikan Tali Asih kepada Keluarga Pejuang TNI AU

Ia pun diperintahkan untuk membayang-bayangi pesawat tersebut agar tidak masuk ke main island atau crossing ke Pulau Jawa.

“Karena dia dari Selat Makassar itu kalau misalnya mau ke Diego Garcia paling enak lewat Jakarta itu langsung ke sana. Kan kita tidak boleh. Kita bayangi dia sampai ke atas, lewat Selat Malaka baru turun lagi dia. Itu jauh,” ujar Wastum.

“Tapi memang rutenya harusnya lewat sana, karena dia harusnya lewat Laut China Selatan. Itu yang mendebarkan. Karena kan kita terkait dengan negara lain. Dan itu salah satu tugas kita,” kata dia.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.