Lumut sering kali diabaikan karena dianggap tidak memiliki nilai guna. Namun jangan salah, tumbuhan hijau tersebut bisa digunakan sebagai pilihan alternatif untuk membuat sebuah terarium mini. Selain cocok sebagai hiasan di meja kerja atau ruang tamu, terarium tersebut bisa disandingkan dengan habitat reptil atau serangga yang suka suasana tropis.

MEMBAWA taman ke atas meja bukan sesuatu yang mustahil lagi. Terarium bisa jadi pilihan bagi yang menginginkan suasana ruangan lebih segar dengan dedaunan dan warna hijau dari tanaman.

Banyak jenis tumbuhan yang bisa dipakai dalam membuat terarium. Penghobi terarium asal Surabaya Rohmat Darmawan mengatakan, lumut menjadi salah satu pilihan paling mudah membuat tanaman dalam media ruangan sempit itu.

“Pembuatnya diajak untuk berimajinasi membentuk sebuah habitat yang unik,” katanya.

Rohmat mulai menyukai terarium saat bergelut dengan dunia fotografi. Hal itu menuntutnya untuk membuat gambar yang tidak mati. Terarium solusinya, bisa membuat gambar terasa lebih hidup dan tidak monoton. Pada 2017 terarium menjadi salah satu usaha yang juga digeluti Rohmat selain fotografi.

Awalnya Rohmat hanya membuat terarium dari jenis sansevieria. Namun, Rohmat ingin foto yang dia hasilkan juga lebih kece. ’’Lumut yang biasanya ditemui di tembok dan menempel di batu ternyata memiliki nilai unik. Bayangkan memotret lumut itu dengan lensa makro. Maka, penampakannya layaknya masuk ke sebuah negeri dongeng,’’ ujar pemilik Terarium Surabaya tersebut.

Tidak hanya itu, membuat terarium dari lumut layaknya menciptakan dunia fantasi. Seperti film-film The Hobbit yang menunjukkan perbukitan nun hijau. Lumut bisa mewakili itu. ’’Ditambah dengan pemilihan media yang tepat. Terarium sekarang tidak terbatas pada akuarium berbentuk kotak. Banyak sekali wadah kaca bening yang menjadi pilihan untuk membuat terarium,’’ terang pria kelahiran Surabaya tersebut.

Selain berpadu dengan tanaman mini lain, terarium lumut dapat pula menciptakan gambaran habitat hewan-hewan kecil. Misalnya, serangga dan reptil. Karpet lumut menggambarkan suasana sebuah hutan tropis. Tinggal kreativitas pembuatnya merangkai dengan kayu dan bebatuan untuk mengombinasikannya. Voila, hasilnya sebuah habitat alam dalam sebuah wadah kaca. ’’Hewan yang bisa dimasukkan, antara lain, kalajengking. Misalnya, jenis Asian forest scorpion yang memang suka tempat lembap. Kemudian, siput-siput kecil bisa juga dimasukkan,’’ ujarnya.

Soal media tanam, pria kelahiran 7 April 1996 itu mengatakan cukup mudah mengaturnya. Lapisan bawah bisa diberi cocopeat dulu. Kemudian dipadukan dengan pasir vulkanis atau lebih dikenal dengan sebutan pasir malang. Selain berfungsi untuk menyimpan air, pasir itu menjaga kelembapan. ’’Penggunaan lumut disesuaikan dengan kebutuhan kita ya. Kalau mau seperti penampakan karpet, bisa pilih star moss. Tumbuhnya cenderung datar. Cocok untuk membuat terarium lumut yang seperti hamparan sabana,’’ ujarnya.

Beda lagi dengan java moss. Karakteristiknya menyeruak seperti gundukan taman. Bisa dipakai, misalnya, untuk membuat semacam semak atau gundukan. Ada lagi jenis weeping moss, yang satu ini sangat menyukai air. Kebanyakan digunakan untuk terarium dengan lanskap perairan atau bahkan aquascape. ’’Perawatannya gampang-gampang susah. Cukup di-spray air saja sehari sekali. Namun, jangan kebanyakan atau kurang. Jangan sampai air menggenang agar lumut tidak mudah membusuk,’’ jelas Rohmat.

TERLIHAT NATURAL: Rohmat Darmawan bersiap memfoto terarium lumut dengan serangga hasil buatannya. (ROHMAT DARMAWAN UNTUK JAWA POS)

TIPS DAN TRIK TERARIUM LUMUT

  • Gunakan tiga lapisan dasar untuk membentuk habitat lumut. Yakni, cocopeat, kemudian pasir vulkanis.
  • Jaga ritme penyiraman dan gunakan sprayer agar lanskap tidak rusak.
  • Rajin bersihkan kaca agar wadah tidak mudah berkerak.
  • Hindari terarium lumut terkena matahari langsung.
  • Jika ingin menambah tanaman, gunakan jenis paku-pakuan mikrofil yang memiliki daun kecil.
  • Pakai batu cricket untuk membuat lanskap tebing.


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.