Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Media sosial ibarat sebuah keping mata uang. Di satu sisi mengaburkan wawasan kebangsaan, menipiskan kesopanan hingga menghilangkan budaya asli Indonesia. Namun, di sisi lain, media sosial juga mampu menjadi sarana untuk mengembangkan usaha dan bisnis pertanian lebih sukses.

Pendapat tersebut disampaikan Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi (IDIK) Universitas Padjadjaran Bandung Pitoyo pada webinar literasi digital ”Indonesia Makin Cakap Digital” yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI untuk komunitas digital di wilayah Bali – Nusa Tenggara, Senin (1/8/2022).

”Dengan media sosial kini produk-produk pertanian kita memungkinkan dilihat oleh jutaan orang. Berbeda dengan model pemasaran secara konvensional,” ujar Pitoyo di hadapan peserta diskusi virtual bertajuk ”Belajar Literasi Digital untuk Mengembangkan Hasil Tani yang Lebih Baik”.

Baca juga: Sejumlah Platform Digital Diblokir Kominfo, LBH Jakarta Kumpulkan Aduan Pihak yang Merasa Dirugikan

Pitoyo menyatakan, media sosial yang memiliki kelebihan menjangkau seluruh dunia bisa memberikan manfaat secara optimal, asalkan dikelola dengan baik dan benar. Apalagi, transformasi digital membuat relasi antar-manusia menjadi tak terbatas di seluruh dunia. Begitu pula relasi dalam dunia bisnis.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bisnis pertanian melalui media sosial, lanjut Pitoyo, pertama ialah menyiapkan platform digital, seperti: Facebook, Instagram, TikTok dan lainnya. Kemudian, hal lain yang perlu dilakukan yakni gimmick marketing.

”Berikan giveaway untuk mereka yang membantu kita di media sosial, lalu jalin komunikasi ke follower maupun komunitas influencer (Be Social Butterfly),” jelas pengajar pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma Jakarta itu.

Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi. Kegiatan yang diagendakan digelar hingga awal Desember nanti diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.

Lebih jauh, Pitoyo mengingatkan pebisnis bidang pertanian untuk fokus terhadap produknya, di samping tepat dalam menentukan segmen pasar. Hal itu mengingat setiap media sosial memiliki karakter dan segmen pasarnya tersendiri. ”Misal, Facebook itu identik dengan orangtua dan milenial, TikTok dan Instagram untuk anak muda,” tandasnya.

Kegiatan webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten itu, selalu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama. Yakni, digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Baca juga: KKP dan kalikan.id Bawa Pelaku Usaha Ikan Hias Air Tawar Go Digital

Terkait tema diskusi, pengajar dan aktivis sosial Winarsih mengatakan, bisnis era digital ditandai dengan munculnya dompet digital (e-wallet), lokapasar, dan transaksi elektronik. Ketiga hal tersebut kini telah lazim diketahui dan digunakan dalam transaksi bisnis.

”Dompet digital merupakan layanan yang bersifat elektronik dan berfungsi untuk menyimpan data serta instrumen dari pembayaran. Dengan dompet digital, pengguna dapat menyimpan uangnya untuk melakukan transaksi keuangan, baik online maupun offline,” kata Ketua Asosiasi Pondok Wisata Indonesia (Apwisindo) Jawa Timur itu.

Winarsih menambahkan, penggunaan transaksi e-wallet dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Jika pada 2021 nilai transaksinya mencapai 28 miliar dollar, tahun 2022 diperkirakan mencapai 30,8 miliar dollar.

Baca juga: NFT jadi Cara Seniman Hindari Pemalsuan Karya Seni Digital

”Untuk itu, sudah saatnya para pebisnis bidang pertanian turut menggunakannya,” pungkas Winarsih dalam webinar yang juga diikuti secara nobar oleh komunitas digital di Lombok Tengah.

Sejak dilaksanakan pada 2017, Gerakan Literasi Digital Nasional telah menjangkau 12,6 juta warga masyarakat. Pada tahun 2022, Kominfo menargetkan pemberian pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga masyarakat.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.