Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Harga minyak dunia stabil pada awal perdagangan hari ini, Jumat (22/7/2022), setelah sebelumnya merosot sekitar 3 persen pada sesi perdagangan sebelumnya karena turunnya permintaan minyak oleh Amerika Serikat.
Amerika Serikat selama ini merupakan konsumen utama di pasar minyak dunia.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 17 sen atau 0,2 persen menjadi 104,3 dolar AS per barel pada pukul 00.41 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS datar di 96,35 dolar AS per barel.
Harga WTI telah terpukul dalam dua sesi perdagangan sebelumnya, menyusul data permintaan bensin AS menunjukkan penurunan hampir 8 persen dari tahun sebelumnya, di tengah musim panas yang biasanya banyak pengemudi melakukan perjalanan.
“Pada 8,52 juta barel per hari, permintaan berada pada level musiman terendah sejak 2008, karena harga bensin yang tinggi merugikan konsumen,” kata seorang analis di ANZ Research dalam sebuah catatan.
Baca juga: Rusia Ancam Hentikan Pengiriman Minyak jika Harga Dibatasi di Bawah Biaya Produksi
Penurunan harga WTI menempatkan minyak ini ke jalur penurunan sebesar 1,3 persen pada minggu ini, yang menjadi kerugian mingguan ketiga.
Sebaliknya, permintaan konsumen Asia semakin kuat sehingga menopang harga minyak mentah Brent dan menempatkannya ke kenaikan mingguan pertama dalam enam minggu.
Seorang analis di perusahaan jasa keuangan RBC Capital Markets, Michael Tran melaporkan permintaan konsumen bensin dan bahan bakar sulingan di India naik ke rekor tertinggi pada bulan Juni, walaupun harga bahan bakar juga naik.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik 1 Persen di Tengah Kekhawatiran Pasokan dan Pelemahan Dolar
Total konsumsi produk olahan 18 persen lebih tinggi dari tahun lalu. “Ini menandakan lebih dari sekadar pemulihan yang kuat dari tahun-tahun yang dilanda COVID,” kata Michael Tran.
Namun, kembali berjalannya aktivitas produksi di beberapa ladang minyak Libya minggu ini membatasi kenaikan Brent.
Sementara itu untuk mengendalikan inflasi, Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan pada Kamis (21/7/2022).
Presiden ECB Christine Lagarde memperingatkan risiko inflasi telah meningkat dan perang di Ukraina belum dapat dipastikan kapan akan berakhir, sementara harga energi kemungkinan akan lebih tinggi.
Namun Lagarde mengatakan dia belum melihat tanda-tanda resesi tahun ini atau tahun depan.
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.