TRIBUNNEWS.COM – Sewindu mengelola dan memberikan layanan kepada peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional, BPJS Kesehatan ditempa dengan berbagai dinamika perubahan dan tantangan demi mewujudkan keberlangsungan program.

Salah satu fondasi, agar visi dan misi organisasi dapat tercapai tidak terlepas dari faktor budaya yang dibentuk oleh tata nilai organisasi. Tata nilai organisasi ini merupakan driving path yang dapat meningkatkan motivasi dan menjadi tuntunan perilaku seluruh Duta BPJS Kesehatan dalam menjalankan strategi organisasi yang telah ditetapkan.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti dalam Bedah Buku “Beranda Budaya Kolase Pengukuhan Kultur Organisasi BPJS Kesehatan” yang ditulis oleh Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Andi Afdal, Rabu (20/07/2022).

“Pencapaian tujuan organisasi di tengah situasi dunia yang dinamis tidak terlepas dari peran budaya organisasi. Sepanjang saya berkarir di berbagai institusi, budaya organisasi BPJS Kesehatan yang saya rasakan paling baik. Mulai dari hal sederhana disiplin waktu memulai rapat, inovasi yang terus bertumbuh di masa pandemi, hingga budaya kolaborasi yang terus dibangun,” ujar Ghufron.

Sementara itu, Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan Andi Afdal mengungkapkan, BPJS Kesehatan menetapkan empat nilai utama sebagai panduan bagi seluruh Duta BPJS Kesehatan yaitu Integritas, Kolaborasi, Pelayanan Prima dan Inovatif yang disingkat menjadi INISIATIF. Nilai utama itu diharapkan dapat mendorong seluruh pegawai memberikan layanan yang terbaik bagi peserta JKN.

“BPJS Kesehatan menempatkan SDM sebagai salah satu aspek paling strategis yang mendukung pencapaian target dan keberhasilan organisasi serta menjaga keberlangsungan organisasi hingga masa yang akan datang. Tentu penguatan budaya organisasi yang ditanamkan kepada pegawai bukan hanya menjadi jargon atau simbol semata. Namun, juga harus menjadi dasar bagi setiap Duta BPJS Kesehatan dalam berpikir, bersikap dan berperilaku yang pada akhirnya dapat dilihat bahkan dirasakan oleh orang lain yang ada di luar BPJS Kesehatan,” ujar Afdal.

Melalui buku yang diterbitkan Afdal ini, diharapkan seluruh pegawai dapat memahami makna dari budaya INISIATIF yang dibangun sebagai Core Living BPJS Kesehatan. Khalayak yang membaca buku ini pun diharapkan dapat mengambil pelajaran dari budaya organisasi yang dibentuk dan terus diperkuat sejak 54 tahun lalu. Sikap dan perilaku yang ditampilkan Duta BPJS Kesehatan tentu diharapkan dapat dirasakan oleh peserta maupun mitra kerja BPJS Kesehatan.

“Pegawai BPJS Kesehatan adalah mata tombak dalam layanan JKN. Kehadirannya sangat penting sebagai representatif kehadiran negara. Saya pernah mendapat cerita, ada peserta yang dibantu oleh pegawai BPJS Kesehatan secara tidak sengaja bertemu di jalan, mengenali dari seragam yang dipakai dan pwgawai tersebut membantu mengecek status kepesertaan. Hal sederhana tersebut mungkin bagi pegawai BPJS Kesehatan merupakan hal yang biasa saja, namun bagi peserta merupakan hal yang luar biasa,” kata Muttaqien, Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional yang hadir sebagai pembahas dalam kegiatan bedah buku tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, salah satu penanggap Staf Khusus Menteri Sosial Bidang Hubungan dan Kemitraan Luar Negeri Kementerian Sosial, Faozan Amar mengungkapkan salah satu budaya organisasi yang dapat nyata diaplikasikan adalah budaya kolaborasi, khususnya dengan pemangku kepentingan seperti Kementerian Sosial.

“Misalnya kolaborasi dalam hal sosialisasi program JKN. Pengalaman Kemensos dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi oleh penduduk kurang mampu di Indonesia adalah sikap proaktif dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan. Ini dapat diimplementasikan dengan baik untuk pengelolaan Program JKN khususnya untuk menyelesaikan permasalahan kepesertaan PBI,” kaya Faozan.

Salah satu pembahas buku, Dosen Filsafat UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Iu Rusliana menjelaskan budaya organisasi terdiri dari artefak (seperti simbol, tampilan fisik, seragam, gedung dll), expose value atau nilai-nilai yang disampaikan (semangat fun and meaning full, tagline Melayani dengan Hati, Mengabdi untuk Negeri), dan underline assumption (budaya bawaan individu yang ada di dalam organisasi). Untuk itu, Ia mengungkapkan manajemen BPJS Kesehatan harus mampu menyeleraskan dimensi budaya organisasi tersebut, agar tujuan dari organisasi ini tercapai.

“Upaya pembudayaan yang secara sistematis sudah dilakukan BPJS Kesehatan saya kira harus terus dilakukan. Apalagi INISIATIF merupakan expose value yang sudah sangat baik,” tambah Iu.

Dalam kesempatan tersebut juga hadir sebagai pembahas Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Arief Witjaksono Juwono Putro, dan penanggap Deputi Direksi Wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Dwi Martiningsih, serta Chief of Bookstalkers BPJS Kesehatan Mardiana. (*)


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.