JawaPos.com – Kontak radio dengan flight director pada pukul 19.07 Senin (18/7) lalu menjadi komunikasi terakhir Lettu Pnb Allan Safitra Indra Wahyudi. Dia melapor tak dapat melihat pesawat yang diterbangkan rekannya, Lettu Pnb Laksamana Hasnan Tri Pamungkas, di depannya.

Selang 18 menit, Allan hilang kontak di tengah gelapnya langit Pulau Jawa.

Puing jet tempur T-50i Golden Eagle yang dikemudikan Allan lantas ditemukan di ladang pertanian Desa Nginggil, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Pilot 29 tahun itu gugur di tengah misi latihan malam bertajuk night tactical intercept. “Kami sangat berduka,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah saat konferensi pers di Gedung Saraswati Lanud Iswahjudi kemarin (19/7).

Latihan terbang malam oleh Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Senin lalu itu hanya diikuti Allan dan Hasnan. Sang rekan bertindak sebagai leader. Kedua pesawat terbang landas pukul 18.24 mengitari langit Gunung Lawu, pantai selatan Jawa, Kediri, Ngawi, hingga wilayah udara di Jawa Tengah. Tepat di atas langit Jawa Tengah itulah, flight director kali terakhir berkomunikasi dengan Allan. “Setelah dikonfirmasi bahwa pesawat mengalami accident, petugas gabungan langsung melakukan evakuasi,” papar Indan.

Butuh 90 personel gabungan TNI-Polri dan Basarnas untuk bisa mengevakuasi jasad Allan beserta puing jet tempur produksi Korea Selatan tersebut. Indan memastikan tim investigasi telah menemukan flight data recorder pesawat Allan. Sedangkan cockpit voice recorder hingga kemarin sore belum ditemukan. “Bukan akibat cuaca buruk. Pesawat juga sudah dinyatakan layak terbang. Untuk saat ini, proses investigasi masih berlangsung,” pungkas Indan.

Tinggalkan Istri yang Baru Dinikahi 10 Bulan

Suasana haru dan isak tangis mengiringi kedatangan jenazah mendiang Lettu Pnb Allan Safitra Indra Wahyudi di hanggar Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi pukul 15.40 kemarin (19/7). Di antara puluhan orang yang memadati hanggar, ada Siti Hidayati, ibu mendiang. Kolonel Kal Mujianto, ayah mendiang yang menjabat Pabut HAM Sahli Bid Sosbudkam HAM dan Narkoba Panglima TNI, tampak menenangkan sang istri.

Lantaran gugur di tengah misi, upacara militer pun digelar untuk menghormati Allan. “Kedua orang tua mendiang langsung datang ke Magetan setelah mendapat kabar putranya mengalami kecelakaan,’’ kata Kepala Penerangan Lanud Iswahjudi Kapten Sus Yudha Pramono. Dianka Firsta Brestianti, istri mendiang, juga tampak di tengah kerumunan. Usia pernikahan keduanya bahkan belum genap satu tahun. Mereka menikah Agustus tahun lalu.

Setelah upacara penghormatan yang dipimpin Danlanud Iswahjudi Marsma TNI Mochammad Untung Suropati, rekan sejawat Allan menggelar salat Jenazah. Sekitar 1,5 jam disemayamkan di hanggar Skadron Udara 15, jenazah Allan diterbangkan ke Jakarta, tempat dia akan beristirahat selamanya. “Almarhum dimakamkan di Taman Bahagia, Bekasi. Prosesi pemakaman juga digelar secara militer,” ujarnya.

Insiden jatuhnya T-50i Golden Eagle yang dipiloti Lettu Pnb Allan Safitra Indra Wahyudi direspons serius oleh TNI-AU. Buntut musibah itu, seluruh jet tempur untuk sementara waktu dikandangkan di hanggar. ’’Kami evaluasi dulu,’’ kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispen AU) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah. Kebijakan tersebut cukup beralasan. Sebab, Golden Eagle yang dimiliki TNI-AU sudah tiga kali ini celaka.

Sebagaimana diketahui, T-50i Golden Eagle diandalkan sebagai pesawat latih bagi penerbang tempur lantaran kemampuan manuvernya yang mumpuni. Keandalan itu didapat dari mesin yang memiliki daya dorong 17.700 pounds. Dengan mesin tersebut, kecepatan maksimal yang bisa dicapai sebesar 1,5 kali kecepatan suara atau setara 1.600 kilometer per jam.

Jet supersonik yang dikembangkan Korean Aerospace Industries bersama Lockheed Martin (Amerika Serikat) itu mampu mengangkut persenjataan hingga 5 ton. Bahkan, pesawat tersebut mampu memuntahkan dua ribu peluru per menit. ’’Dapat diandalkan untuk serangan udara maupun darat karena dilengkapi rudal dan peluru,’’ jelas Indan.

Sejak didatangkan ke Indonesia pada 2013, T-50i Golden Eagle beberapa kali mengalami insiden. Berdasar data yang dimiliki Jawa Pos, setidaknya ada empat kecelakaan yang melibatkan pesawat buatan Korea Selatan (Korsel) itu.

Tiga kecelakaan menelan korban, mengakibatkan empat penerbang TNI-AU gugur. Satu kecelakaan tanpa korban. Itu terjadi tahun lalu ketika salah satu bagian pesawat tersebut lepas dan jatuh di Ngawi, Jawa Timur.

Kepala Dinas Penerangan TNI-AU (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI Indan Gilang Buldansyah menyatakan, instansinya telah membentuk tim untuk mendalami kecelakaan Senin malam itu. ’’TNI-AU juga membentuk Tim Panitia Penyelidikan Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU) untuk menyelidiki sebab-sebab jatuhnya pesawat terbang (T-50i Golden Eagle),’’ ungkapnya lewat keterangan resmi yang disampaikan kepada awak media di Jakarta kemarin (19/7).

Kemarin Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyempatkan diri untuk menemui keluarga Allan. Dalam pertemuan itu, Prabowo juga memastikan Allan mendapat kenaikan pangkat. Dari lettu menjadi kapten penerbang (anumerta). Kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi itu merupakan bentuk penghargaan dari negara kepada almarhum yang meninggal sebagai kusuma bangsa.

Lettu Pnb Allan Safira Indra Wahyudi. (DISPENAU)

Empat Tahun di Balik Kokpit Golden Eagle

Mendiang Lettu Pnb Allan Safitra Indra Wahyudi sejatinya tak asing dengan T-50i Golden Eagle. Sejak dinyatakan lulus sebagai penerbang tempur TNI-AU pada Oktober 2018, Allan setia berada di balik kokpit Golden Eagle. Bahkan, kelulusan Allan empat tahun lalu ditandai dengan aksi terbang solo menggunakan jet tempur produksi Korea tersebut.

“Setelah lulus ditempatkan di Skadron Udara 15, juga sebagai pilot T-50i,” kata Kepala Penerangan Lanud Iswahjudi Kapten Sus Yudha Pramono kemarin (19/7).

Allan lulus dari Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogjakarta pada 2015 silam. Pilot kelahiran Jakarta itu lantas melanjutkan pendidikan di Sekolah Penerbang TNI-AU Jogjakarta dan lulus pada 2017. Selama pendidikan, dia menerbangkan pesawat jenis propeler. “Sebuah prestasi tersendiri dapat menguasai T-50i. Tingkat kesulitannya berbeda dibandingkan pesawat sebelumnya,” ujarnya.

Tak hanya bagi keluarga, kepergian Allan turut meninggalkan duka mendalam bagi TNI-AU. Yudha mengungkapkan, Allan diusulkan mendapat kenaikan pangkat kehormatan. “Tapi, ada prosedur yang harus dilalui. Kami berharap mendiang mendapat kenaikan pangkat tersebut,” tuturnya.

DISELIDIKI: Aparat dari TNI-AU menunjukkan kotak hitam yang ditemukan di lokasi terjadinya kecelakaan pesawat. (JAWA POS RADAR BOJONEGORO)


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.