Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi terus mendorong pentingnya penguatan arsitektur kesehatan global dan kesiapan menghadapi pandemi di masa depan.

Menurutnya, pandemi masih belum usai dan mengatasi pandemi masih perlu menjadi prioritas dunia saat ini.

Hal ini ia sampaikan saat berpartisipasi pada pertemuan virtual COVID-19 Global Action Plan Foreign Ministerial Meeting, yang diinisiasi oleh AS dan Jepang, Selasa (19/7/2022).

“Kita pahami bersama bahwa pandemi belum usai, dan mengatasi pandemi masih menjadi prioritas kita saat ini. Pada saat yang sama, kita harus memperkuat arsitektur kesehatan global, agar lebih siap menghadapi pandemi di masa depan,” kata Menlu dalam keterangannya.

Pada pertemuan itu, ada tiga isu yang menjadi fokus, yakni terkait distribusi kebutuhan kesehatan publik, pembiayaan kesiapsiagaan pandemi, dan tata kelola kesehatan global.

Retno mengatakan, saat ini akses terhadap solusi medis masih tidak setara, utamanya di negara-negara berkembang.

Baca juga: Sebaran Kasus Covid-19, Selasa 19 Juli 2022: DKI Jakarta Tertinggi, Sumbang 2.485 Kasus

Sehingga diperlukan mekanisme permanen untuk mendorong akses setara terhadap solusi medis.

“COVAX dapat digunakan untuk tujuan ini, termasuk di tataran regional, dengan catatan harus didukung dengan pasokan yang memadai. Kita harus memperkuat kapasitas produksi negara-negara berkembang dengan mereplika model produksi vaksin ‘hubs and spoke,” ujar Menlu.

Dalam konteks pembiayaan kesiapsiagaan pandemi, menurut Retno, Financial Intermediary Fund yang dikembangkan selama Presidensi G20 Indonesia berperan penting untuk membantu negara-negara menghadapi darurat Kesehatan.

Indonesia telah berkomitmen untuk berkontribusi sebesar USD 50 juta pada Fund tersebut dan mengajak negara-negara lain untuk ikut berkontribusi.

Terkait tata kelola kesehatan global, proses pembentukan Traktat Pandemi baru telah berjalan.

Retno mengatakan, kesiapsiagaan pandemi yang lebih baik dan ditopang oleh prinsip solidaritas dan kesetaraan harus menjadi landasan tata kelola kesehatan global ke depan, dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai pemegang mandat.

“Mari bekerja bersama-sama secara sinergis untuk pulih lebih kuat dari pandemi ini,” ujar Menlu.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.