TRIBUNNEWS.COM — Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba menyatakan, negaranya menyatakan siap melakukan pembicaraan dengan Moskow hanya setelah “kekalahan di medan perang” yang terakhir.

“Mari kita ubah situasi di depan, dan kemudian kita akan berbicara. Semua orang mengerti bahwa pembicaraan terkait langsung dengan situasi di depan. Saya mengatakannya kepada semua mitra, Rusia akan duduk di meja perundingan hanya setelah kekalahan di medan perang.

Jika tidak, itu akan menjadi bahasa ultimatum lagi,” katanya dalam wawancara dengan Forbes Ukraina, yang dirilis pada Senin.

Baca juga: 142 HIMARS dan M270 MLRS Telah Sampai di Kiev, Ukraina Bertekad Hancurkan Jembatan Krimea

Menurut diplomat top Ukraina, Presiden Vladimir Zelensky memiliki posisi prinsip dalam hal ini.

“Dia tidak mengesampingkan kemungkinan pembicaraan, tetapi tidak ada alasan bagi mereka sekarang, dengan mempertimbangkan perilaku agresif Rusia,” katanya.

Ia menambahkan bahwa presiden mengatakannya dengan cukup jelas kepada para pemimpin Barat yang telah mengisyaratkan kemungkinan pembicaraan.

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pada hari Senin, mengomentari kata-kata Kuleba, bahwa Kiev tidak menginginkan perdamaian dan telah menolak pembicaraan dengan Moskow di bawah dikte Washington.

“Ini adalah jawaban untuk semua yang menuduh Rusia menghindari pembicaraan dengan rezim Kiev, rezim Kiev telah menolak mereka sendiri. Kuleba telah mengkonfirmasinya sekali lagi hari ini.

Namun, dia lupa menambahkan bahwa itu bukan posisi negara. Ukraina tetapi lagu Washington yang ditangkap oleh rezim Kiev.

Tetapi fakta bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan timnya (setidaknya, yang tersisa) tidak menginginkan perdamaian telah dikonfirmasi,” tulisnya di saluran Telegramnya.

Baca juga: Sewot Dengan Tingkah Belarusia Sekutu Rusia, Ukraina Ancam Putus Hubungan Diplomatik Dengan Minsk

Sekretaris pers kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan pada 3 Juli bahwa negara-negara yang mempertaruhkan permusuhan lebih lanjut “jangan biarkan Ukraina berpikir atau berbicara tentang perdamaian.”

Perundingan Rusia-Ukraina telah dilakukan sejak 28 Februari. Beberapa pertemuan diselenggarakan di Belarus, kemudian kedua pihak melanjutkan negosiasi dalam format konferensi video.

Putaran pembicaraan offline berikutnya berlangsung di Istanbul pada 29 Maret. Namun, pada 12 April, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada wartawan bahwa Kiev telah menyimpang dari perjanjian sebelumnya dan membuat proses itu menemui jalan buntu.

Pada 20 April, sekretaris pers Putin, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Moskow telah menyerahkan rancangan dokumen kesepakatan yang jelas kepada Kiev dan sedang menunggu tanggapan.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.