TRIBUNNEWS.COM, BALI – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar mengingatkan mempertahankan benteng kedaulatan budaya bangsa, bukanlah persoalan mudah.
Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan derasnya arus globalisasi, upaya untuk merawat kebudayaan akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang semakin kompleks.
Bahkan, jika anak bangsa lalai dan abai, bisa jadi warisan budaya bangsa justru dibanggakan dan diklaim oleh negara lain.
“Karenanya, saya mengapresiasi keberadaan puri-puri di Bali sebagai warisan budaya bangsa tetap terpelihara, di tengah laju modernitas zaman dan derasnya arus globalisasi. Terlebih, Pulau Bali sebagai ikon pariwisata nasional yang mendunia, menjadikan masyarakat Bali harus sering berinteraksi dengan beragam budaya global,” ujar Bamsoet usai menerima gelar kehormatan Dharma Padma Negara dari Puri Ageng Blahbatu Gianyar Bali, Senin malam (18/7/2022).
Penganugrahan “Dharma Padma Negara” yang mengandung makna sebagai Pengabdian seorang Pemimpin dalam melindungi rakyat, pengayom dan ujung tombak dalam melawan kemiskinan, kebodohan dan ketidak adilan. Serta Pelopor dan Pelindung Negari.
Bagi Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini, penganugrahan gelar ini merupakan suatu kehormatan bagi dirinya selaku Ketua MPR RI yang juga merupakan bagian dari keluarga besar dari masyarakat di Bali.
Penglisir Ida Pendeta Puri Ageng Blahbatuh, juga menegaskan bahwa penganugerahan “Dharma Padma Negara” kepada Ketua MPR RI ini telah melalui hasil musyawarah dan penilaian dari para tokoh Puri Ageng Blahbatuh, Gianyar.
“Dari hasil penilaian kami, bahwa Ketua MPR RI layak diberikan anugerah Dharma Padma Negara karena beliau sebagai pimpinan dari lembaga tinggi negara yang memiliki nilai ketaqwaan tinggi kepada Tuhan Yang Maha Esa, ” ungkapnya.
Turut hadir antara lain Kepala Dinas Potensi Maritim Angkatan Laut Laksma TNI Suradi Agung Slamet, Penglisir Puri Ageng Blahbatuh Anak Agung Ngurah Alit Kakarsana beserta para Penglisir Puri se-Bali.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM dan Keamanan ini menuturkan, hadirnya nilai-nilai budaya yang berasal dari negara lain dapat memperluas dan memperkaya wawasan bangsa.
Interaksi sosial secara intens dengan komunitas global, tentunya dapat mendorong tumbuhnya sikap saling menghargai perbedaan dan saling menghormati keberagaman.
“Namun, di sisi lain ada tanggungjawab kita untuk menjaga dan mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal agar tidak terpinggirkan, atau bahkan terhanyut oleh pusaran peradaban. Nasib kelestarian budaya yang kita miliki akan sangat tergantung pada seberapa kuat komitmen kita untuk menjaga, merawat dan melindunginya dari dinamika zaman,” kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menegaskan pentingnya membangun literasi kebudayaan. Dimana budaya bangsa menjadi legasi kesejarahan yang diwariskan, khususnya kepada generasi muda.
Tentunya, semua pihak tidak ingin generasi muda Indonesia menjadi generasi yang tercerabut dari akar budayanya sendiri, karena minimnya literasi budaya.
“Adalah suatu paradoks, misalnya, ketika banyak orang asing antusias belajar memainkan gamelan, generasi muda kita justru menganggap gamelan sebagai sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman. Jika fenomena tersebut tidak kita sikapi dengan hati-hati, bisa jadi pada beberapa generasi mendatang, kita yang harus belajar memainkan gamelan dari orang asing. Hal ini jelas tidak boleh terjadi,” pungkas Bamsoet. (*)
Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.