Selasa, 12 Juli 2022 – 14:34 WIB

VIVA Lifestyle – Alergi atau reaksi hipersensitivitas terhadap zat tertentu (alergen) umum terjadi. World Allergy Organization (WAO) memperkirakan prevalensi alergi di setiap negara di dunia mencapai 15-20 persen5. 

Meski tidak tergolong sebagai penyakit berbahaya, alergi bisa mempengaruhi aktivitas penderitanya, termasuk mengganggu produktivitas. Bahkan, studi American Journal of Rhinology and Allergy (2012) menyebutkan bahwa pilek alergi merupakan penyebab turunnya produktivitas pekerja sebesar 27 persen, dan berkurangnya kualitas hidup hingga 28 persen.

Pilek alergi (rhinitis) bersama gatal alergi (urtikaria) merupakan dua jenis alergi yang kerap dialami masyarakat Indonesia. Prevalensi pilek alergi di Tanah Air sebesar 53 persen dengan penderitanya paling sering ditemukan di kalangan usia produktif. Sementara, untuk gatal alergi, sebuah penelitian di Palembang mendapati prevalensinya mencapai 43 persen.

“Di Indonesia, Pilek Alergi (53 persen) dan Gatal Alergi/Urtikaria (43 persen) merupakan jenis alergi yang paling umum dijumpai. Pilek alergi atau rhinitis ditandai dengan beberapa kondisi seperti gangguan tidur; telinga gatal atau berdengung; mata berair, gatal dan merah; bersin-bersin, hidung tersumbat, hidung banyak ingus, hidung gatal; serta tenggorokan gatal, batuk dan postnatal drip,” kata   Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati selaku pharmacy expert, saat acara  Swamedikasi Alergi untuk Bebas Beraktivitas Tanpa Kantuk, secara daring, Selasa 12 Juli 2022.

Ia menjelaskan  gatal alergi atau  urtikaria yang biasa disebut biduran atau kaligata, dapat terjadi pada semua kelompok usia. Bahkan, sekitar 15-20  persen populasi pernah mengalami gatal alergi atau urtikaria selama hidupnya. Gatal alergi atau urtikaria  ditandai dengan munculnya ruam dan flare disertai dengan bentol, rasa gatal atau rasa panas.

Ilustrasi wanita terkena alergi.

Ilustrasi wanita terkena alergi.

“Menghindari alergen merupakan penanganan terbaik untuk mengatasi alergi. Meski demikian, seringkali penderita alergi berada di situasi yang tidak memungkinkan mereka untuk menghindari pemicu alergi Misalnya, pelaku perjalanan yang memiliki alergi debu, tetapi harus mengunjungi daerah tersebut. Swamedikasi menghindari pemicu alergi dan anti alergi tanpa kantuk untuk dapat dapat meredakan alerginya,” ujarnya. 

Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.