Kirim Buku untuk Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara

JawaPos.com – PT Temprina Media Grafika (Jawa Pos Group) mengirimkan 2.600.652 buku ke berbagai daerah yang berada di pulau wilayah 3T (Terpencil Tertinggal dan Terdepan). Pengiriman buku tersebut sebagai wujud kepedulian pada perkembangan dunia literasi. Sebanyak 2.600.652 buku itu terdiri atas 560 judul.

Program itu didukung langsung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Keudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pengiriman itu diluncurkan hari ini, Sabtu (9/7) dari kantor PT Temprina Media Grafika di Wringinanom, Gresik. Dalam pendistribusiannya, PT Pos Indonesia menjadi distributor.

General Manager PT Temprina Media Grafika Agus Suryo mengatakan, pihaknya mencetak buku dengan judul tertentu untuk dikirim ke beberapa wilayah yang termasuk dalam kategori 3T.

“Kami mengirimkan 560 judul buku ke wilayah 3T di Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara. Dari 560 judul buku itu, 54 buku itu merupakan buku untuk siswa SD dan 20 judul untuk siswa PAUD,” kata Agus Suryo.

Jumlah buku yang dikirimkan untuk siswa SD sebanyak 2.575.052 eksemplar. Sementara buku untuk siswa PAUD sebanyak 28.600 eksemplar. Total ada 2.600.652 buku yang dikirimkan.

“Per SD akan mendapat 1678 buku. Sementara per PAUD akan mendapat 20 buku. Akan ada 1534 SD yang menjadi penerima, dan 1433 sekolah PAUD yang menerima,” ujar Suryo, begitu dia biasa disapa.

Sementara itu, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin mengatakan, program ini merupakan upaya dari Kemendikbudristek yang dibantu PT Temprina Media Grafika serta PT Pos Indonesia. Program itu menjadi misi penting untuk mencerdaskan Indonesia.

“Ini masuk dalam program prioritas badan bahasa: literasi, bahasa sastra, perlindungan bahasa daerah, dan internasionalisasi bahasa daerah,” ujarnya.

Pengiriman buku bukan menjadi akhir dari program tersebut. Kemendikbudristek, kata Hafidz, melibatkan 7692 fasilitator. Mereka tersebar di seluruh kabupaten/kota.

“Jadi ada pendampingan sehingga tiap anak mendapatkan buku itu. Pendampingan sehingga bukan hanya komunitas literasi,” kata dia.

Hafidz memastikan bahwa buku yang dicetak sudah memperhatikan karakteristik dan usia penerima. Isi buku itu diklaim memiliki nilai untuk meningkatkan budi pekerti anak.

“Buku yang dicetak sudah ada penilaian pusat perbukuan dari pakar yang tahu persis standard buku yang layak anak. Spesifikasi dari 560 judul, untuk kelas awal. Buku sudah dipilih oleh pegiat literasi. Buku ini berarti menarik dan dengan ilustrasi yang menarik pasti bisa menambah semangat anak membaca,” paparnya.

Meski demikian, Hafidz mengakui bahwa akses ke wilayah 3T masih menjadi masalah dalam pengiriman buku. Ia menyebut bahwa sejauh ini, pihaknya menemukan fakta bahwa anak-anak di daerah tersebut kesulitan mendapatkan buku cerita. Buku yang didapatkan terbatas pada materi pelajaran.

Dari kiri, General Manager PT Temprina Media Grafika Agus Suryo bersama Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Retno Utami memecah kendi sebagai simbolisasi peluncuran buku. (Rafika Yahya/JawaPos.com)

“Akses ini yang masih jadi PR (Pekerjaan Rumah) kita karena walaupun misalnya di sekolah sudah punga akses, buku yang ada hanya buku pelajaran. Saya pernah lihat buku yang sudah dikirim malah masih rapi dan nggak dibaca,” ceritanya.

Untuk itu, Ia mengapresiasi kualitas percetakan PT Temprina Media Grafika yang mencetak buku dengan kualitas bagus. Bukan hanya pemilihan kertasnya, namun juga desain cover dan isinya yang telah diperhatikan sedemikian rupa.

“Desain cover dan isinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik anak di daerah penerima. Harapannya, anak familiar dengan buku. Sehingga literasi makin berkembang dan tumbuh kembang anak makin baik,” ujar dia.

Program ini juga mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penanaman Budi Pekerti. Aktivitas membaca merupakan salah satu aktivitas yang dilaksanakan untuk mendukung hal tersebut. Namun, dibandingkan negara negara lain di dunia, tingkat literasi anak-anak di Indonesia ternyata masih sangat rendah.

Berdasarkan hasil Survei Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 yang menunjukkan bahwa peringkat PISA Indonesia dari 79 negara pada tahun 2018 turun dibandingkan tahun 2015. Kemampuan membaca memperoleh skor 371 (peringkat 74) sebelumnya 397, kemampuan matematika memperoleh skor 379 (peringkat 73) sebelumnya 386, dan kemampuan kinerja sains memperoleh skor 396 (peringkat 71) sebelumya 403.

Kemudian, berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) tahun 2018, pada bagian dimensi budaya literasi ternyata penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas yang membaca selain kitab suci baik cetak maupun elektronik hanya 45,72 persen dari target 70 persen.

Agus Suryo menjelaskan mekanisme pengiriman di pabrik PT Temprina Media Grafika. (Rafika Yahya/JawaPos.com)


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.