Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengakui bahwa negara-negara Uni Eropa menghadapi tantangan besar, seperti peningkatan harga energi, dengan menjatuhkan sanksi anti-Rusia

JAKARTA, JITUNEWS.COM – Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa negara-negara anggota blok itu akan menghadapi “tantangan besar” sebagai dampak dari kebijakan sanksi anti-Rusia yang mereka berlakukan atas situasi konflik di Ukraina.

Pernyataan itu ia lontarkan dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Austria Kronen Zeitung.

Pada kesempatan itu, pewawancara menyebut bahwa banyak orang di negara mereka “skeptis” atau pesimis tentang efektivitas kebijakan anti-Rusia.

Lukashenko Minta Negara Barat Tak Macam-macam dengan Belarusia

Namun, Borrell mengklaim bahwa sanksi itu berhasil, dan bahwa “Rusia dalam masalah.”

“Ini adalah tindakan pembatasan. Kami telah membatasi kemungkinan (peningkatan) ekonomi Rusia. Selama ekonomi Rusia bergantung pada minyak dan gas, mereka akan membutuhkan teknologi kami,” katanya.

“Tentu saja, kami menghadapi tantangan besar dalam jangka pendek…dan tidak dapat disangkal bahwa harga gas terus meningkat,” tambahnya.

Menurut diplomat itu, warga Eropa “harus bersedia membayar harga untuk kebebasan, karena perang di Ukraina bukan hanya perang Ukraina, tetapi perang untuk kebebasan kita.”

Ditanya apakah dia menganggap UE sebagai “negara adikuasa global,” Borrell menjawab: “Dari sudut pandang ekonomi dan moral, ya. Secara militer, tidak.”

“Dunia telah menjadi tempat yang berbahaya. Anggota Uni Eropa harus memahami bahwa kita harus membela diri jika perlu dan membutuhkan alat untuk melakukannya,” tegasnya.

Sementara itu, sejumlah media besar Barat baru-baru ini membantah klaim Borrell tentang efektivitas kebijakan sanksi yang mereka jatuhkan terhadap Rusia.

Menurut majalah The Economist, Kebijakan sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia tidak dapat memberikan hasil sesuai harapan awal, yakni melemahkan perekonomian Rusia.

“Mengkhawatirkan, sejauh ini perang sanksi tidak berjalan sebaik yang diharapkan,” kata majalah Inggris itu dalam sebuah artikel yang dirilis pada Kamis, (25/8).

“PDB Rusia akan menyusut sebesar 6% pada tahun 2022, menurut IMF, jauh lebih kecil dari penurunan 15% yang diperkirakan banyak orang pada bulan Maret… Penjualan energi akan menghasilkan surplus neraca berjalan sebesar $265 miliar tahun ini, terbesar kedua di dunia setelah Cina. Setelah krisis, sistem keuangan Rusia telah stabil dan negara tersebut menemukan pemasok baru untuk beberapa impor, termasuk China,” lanjutnya.

 

Sanksi Anti-Rusia Tak Seperti yang Diharapkan Negara Barat


Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.