TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK – Doktor Ilmu Pertahanan jebolan Universitas Pertahanan RI, Hasto Kristiyanto, mengajak mahasiswa Indonesia membangun tradisi intelektual sebagai syarat kepemimpinan intelektual bagi masa depan.

Sebab sesuai dengan teori geopolitik Soekarno, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan politik melalui diplomasi luar negeri adalah unsur terpenting bagi kepentingan nasional Indonesia termasuk di dalam membangun kekuatan pertahanan negara.

“Peguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah faktor penentu dalam geopolitik Soekarno yang disebut sebagai Progressive Geopolitical Coexsistance yang menempatkan pusat kemajuan Indonesia itu dimulai dari kampus, dari keunggulan kualitas pendidikan nasional Indonesia,” ucap Hasto.

Baca juga: Singgung Krisis di Sri Langka, Megawati: Perguruan Tinggi Kuasai Iptek dan Inovasi di Bidang Pangan

Pria asal Yogyakarta ini menyatakan hal tersebut saat menyampaikan Kuliah Umum dengan Tema “Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansi terhadap Pertahanan Negara” di kampus Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Jumat (26/8/2022) petang.

Dia memaparkan hasil penelitiannya mengenai teori geopolitik Soekarno yang menjadi disertasi doktoralnya di Universitas Pertahanan RI.

Dalam konteks itu juga pentingnya membangun tradisi intelektual di kalangan mahasiswa dan pelajar Indonesia.

Dikatakannya Presiden Soekarno atau akrab disapa Bung Karno, disegani di dunia karena memiliki tradisi intelektual sejak muda dan visioner.

Sehingga di masa pemerintahannya, Soekarno menjadi pemimpin di tingkat dunia termasuk berperan dalam kemerdekaan di sejumlah negara.

“Maka penting bagi mahasiswa, adalah bagaimana kita membangun semangat leadership kita, dan itu dimulai dari kampus, membangun kepemimpinan intelektual, yang menciptakan daya imajinasi masa depan, hingga lahirlah semangat juang,” beber Hasto.

“Itulah geopolitik, suatu pengetahuan tentang keadaan, tentang kultur bangsa dan jati diri bangsa. Dari tradisi intelektual dan iptek itu, kita membangun diri dengan percaya pada kekuatan sendiri. Karena itulah penting memahami keadaan kita, geografi kita, kultur kita, penduduk kita, kekayaan alam kita dan kemudian memperjuangkan kepentingan nasional kita di tengah dialektika dunia, di tengah sistem internasional,” urai Hasto.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.