TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek Sjamsul Hadi mengatakan perempuan adat memiliki peran penting dalam pelestarian pengetahuan tradisional leluhur.

Kemendikbudristek, kata Sjamsul Hadi, menempatkan kader perempuan sebagai tulang punggung dalam komunitas masyarakat adat.

“Mereka memiliki peran kolektif dan komunitas yang integral sebagai penjaga sumber daya alam dan penjaga pengetahuan ilmiah,” ujar Sjamsul Hadi melalui keterangan tertulis, Rabu (10/8/2022).

Sjamsul Hadi mengatakan pemerintah mendukung peningkatan kapasitas perempuan adat dan penguatan lembaga.

Baca juga: Alasan Tema Peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia 2022 Fokus Peran Perempuan Adat

Selain itu, Sjamsul mengatakan Pemerintah mendorong terciptanya ruang-ruang pertemuan multipihak untuk kehidupan bangsa yang berkelanjutan.

“Masyarakat adat merupakan pemilik dan penggerak kebudayaan lokal pada lingkungan masing-masing yang sangat berpotensi dalam mendukung pemajuan kebudayaan,” tutur Sjamsul.

Kemendikbudristek bekerjasama dengan Pengurus Harian Komunitas (PHKom) Perempuan Aman Turilenrang di Balasukka, Kabupaten Gowa memberikan pembekalan kelompok perempuan adat dan penghayat kepercayaan dalam penyusunan rencana aksi strategis.

Perempuan Adat Turilenrang di Balasuka menginisiasi ruang dialog yang mengusung tema Pelestarian Tanaman Obat Herbal dan Pengobatan Tradisional.

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 9 Agustus 2022 bertepatan dengan momen penting perayaan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia.

Kegiatan ini dihadiri oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa, Pengurus Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Kabupaten Gowa.

Hadir pula Christriyati Ariani perwakilan dari Kemendikbudristek, Siti Husniah selaku Anggota DPRD Kabupaten Gowa, dan Perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa Khaeruddin.

“Kegiatan ini menjadi penegasan kembali bahwa peran perempuan adalah sangat luar biasa yang selama ini digambarkan sebagai Ibu Pertiwi atau Ibdilatariang menjaga kekayaan dan meneruskan pengetahuan dari generasi ke generasi,” ujar Christriyati Ariani.

Kondisi geografis Wilayah Adat Balassuka menopang ketersediaan bahan baku herbal, seperti Jahe Merah, Jahe Putih, Temulawak, Kunyit, Kunyit Hitam, dan Serai. 


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.