TRIBUNNEWS.COM – Kremlin menyatakan siap memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat jika negeri tersebut menunjuk Rusia sebagai sponsor terorisme.

Hal tersebut menyusul adanya usulan yang menunjuk Rusia menjadi negara sponsor teroris dalam rapat Kongres di AS.

“Jika orang-orang di Washington memutuskan untuk sepenuhnya menghentikan interaksi apa pun dengan Moskow, kami dapat menerimanya. Seharusnya tidak ada keraguan tentang itu,” kata juru bicara kementerian negeri Rusia, Maria Zakharova kepada wartawan saat jumpa pers, Selasa (2/8/2022).

Saat ini Rusia dengan AS memang sedang terjadi perang dingin akibat invasi Vladimir Putin ke Ukraina, namun mereka tetap memiliki hubungan diplomatik.

Baca juga: Senator Krimea Sebut Ledakan di Markas Armada Laut Hitam sebagai Serangan Teroris

Gagasan untuk menambahkan Rusia ke daftar hitam, yang sudah mencakup Iran, Korea Utara, Suriah dan Kuba, diperjuangkan oleh beberapa anggota parlemen, seperti Senator Lindsey Graham.

Sebuah resolusi tidak mengikat yang menyerukan Departemen Luar Negeri AS untuk mengambil langkah seperti itu disahkan oleh Senat pekan lalu.

Langkah serupa oleh DPR sangat dianjurkan oleh Ketua Nancy Pelosi, yang menarik perhatian media minggu ini karena potensi kunjungannya ke Taiwan. China menyebut perjalanan itu sebagai provokasi serius.

“Saya berharap pembicara terbang akan segera kembali ke markasnya dan mendiskusikan [mencap Rusia sebagai sponsor terorisme] dengan orang-orang yang setidaknya memiliki minat pada cara kerja perdagangan diplomasi,” kata Zakharova.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dilaporkan telah menolak seruan dari Capitol Hill dan dari Presiden Ukraina Vladimir Zelensky agar sebutan teroris diberikan ke Rusia.

Baca juga: Ukraina Kecam Seruan Rusia yang Ingin Jatuhkan Hukuman Gantung kepada Tentara Azov: Negara Teroris

Gedung Putih berpendapat bahwa langkah seperti itu tidak akan memiliki efek praktis dalam hal sanksi anti-Rusia yang bersedia dijatuhkan AS dan dapat menjadi bumerang dalam berbagai cara.

Zakharova mengatakan jika AS melabeli Rusia sebagai negara sponsor terorisme, itu akan menjadi “titik tidak bisa kembali” bagi kedua negara.

Seruan untuk melakukannya adalah tanda kelemahan Amerika, katanya, karena Washington tidak lagi dalam posisi untuk hanya tunduk pada kehendaknya setiap negara yang kebijakannya tidak disukai karena alasan tertentu.


Artikel ini bersumber dari www.tribunnews.com.