Jakarta: Zoom mengumumkan akan meluncurkan fitur untuk mendukung kerja secara hibrida atau hybrid, yaitu Workspace Reservation, memungkinkan pegawai memesan meja kerja di kantor via fitur dan melihat pegawai lain yang berencana hadir di kantor pada hari yang ditentukan.
 
“Workspace Reservation memperluas penawaran kerja hibrida Zoom, yang sudah banyak, dan membantu memastikan pegawai mendapatkan akses ke perangkat yang dia butuhkan untuk kerja pada hari itu,” ujar Product Manager dan Head of Zoom Rooms and Whiteboard Jeff Smith dalam ajang Zoom Work Transformation Summit kedua untuk wilayah Asia Pasifik.
 
Zoom menyebut bahwa fitur ini dibuat untuk membantu perusahaan mengatur dan memaksimalkan kantor mereka. Untuk menggunakan layanan ini, administrator kantor harus mengunggah antara lain peta kantor, tempat duduk, dan ruang rapat ke sistem Zoom.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Selain itu, pegawai dapat memesan ruang atau meja kerja, dan menentukan waktu kerja, yaitu selama satu hari penuh atau hanya untuk beberapa jam. Fitur Workspace Reservation akan dapat digunakan via aplikasi Zoom di ponsel dan desktop atau kode QR yang dipasang di situs perusahaan.
 
Zoom berencana meluncurkan fitur ini pada akhir bulan Juli mendatang. Berdasarkan survei yang diadakan Zoom dan Momentive, terungkap bahwa 55 persen pekerja jarak jauh lebih menyukai metode kerja hybrid, campuran datang ke kantor langsung dan secara dalam jaringan.
 
Survei ini juga menunjukan bahwa 55 persen pekerja jarak jauh menyukai cara kerja hibrida, campuran datang ke kantor langsung dan secara daring. Survei itu juga menunjukkan 53 persen karyawan ingin datang ke kantor untuk bertemu klien baru dan 58 persen untuk ikut aktivitas di kantor.
 
Sementara itu dalam survei terbaru Qualtrics, sebagian besar responden memilih lingkungan kerja hybrid dibanding sepenuhnya jarak jauh atau sepenuhnya masuk ke kantor. Chief Product Officer at Qualtrics Jay Choi menuturkan, pekerja masih membutuhkan interaksi dan hubungan yang bermakna, tetapi tidak dengan cara mengorbankan fleksibilitas dan kenyamanan kerja.
 
Choi melanjutkan, perusahaan perlu mendengarkan umpan balik karyawan mereka dan menerapkan teknik mendengarkan terbaik untuk memastikan bahwa perusahaan senantiasa memperbarui kebijakan lingkungan kerja menjadi lebih baik.
 
Perusahaan perlu menyediakan pilihan untuk bekerja secara hybrid. Jika tidak, perusahaan berisiko kehilangan tenaga kerja mereka kepada perusahaan yang memiliki kebijakan kerja yang lebih fleksibel.
 
Lebih lanjut Choi mengungkap bahwa gaya kerja hybrid membutuhkan pembaruan upaya untuk meningkatkan pengalaman, konektivitas, dan kelayakan kerja karyawan di seluruh dunia. Lingkungan kerja hybrid yang paling berhasil dibangun melalui koneksi bermakna dan kolaborasi yang efektif.
 

(MMI)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.