New York: Wall Street menguat tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Wall Street membukukan kenaikan untuk hari kedua berturut-turut karena laporan Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang suram memicu spekulasi Federal Reserve (Fed) mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga secara agresif seperti yang dikhawatirkan sebelumnya.
 
Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 332,04 poin atau 1,03 persen menjadi 32.529,63. Indeks S&P 500 bertambah 48,82 poin atau 1,21 persen menjadi 4.072,43. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 130,17 poin atau 1,08 persen menjadi 12.162,59.
 


Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor real estat dan utilitas masing-masing melonjak 3,7 persen dan 3,53 persen, melampaui sektor lainnya. Sementara itu, sektor jasa-jasa komunikasi tergelincir 0,73 persen, satu-satunya kelompok yang menurun.
 
Reaksi pasar di atas muncul meskipun data menunjukkan ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal kedua. PDB AS menyusut pada tingkat tahunan 0,9 persen dalam periode tersebut setelah mencatat kontraksi 1,6 persen pada kuartal pertama. Hasil ini di bawah para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan kenaikan 0,3 persen.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Berita itu meningkatkan kemungkinan ekonomi berada di puncak resesi, dan beberapa investor mengatakan itu mungkin menghalangi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga secara agresif ketika memerangi inflasi yang tinggi.
 
Ahli Strategi Investasi Senior Edward Jones Mona Mahajan menunjukkan imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun mundur mengikuti data ekonomi.
 
“Penurunan imbal hasil mungkin menunjukkan pasar berpikir The Fed harus berputar dan menurunkan suku bunga di beberapa titik, mungkin dalam periode 12 bulan ke depan.  Itu menyiratkan langkah pengetatan akan menjadi lebih bertahap ke depan.” jelas dia dikutip dari Antara, Jumat, 29 Juli 2022.
 
Investor juga menilai jalur kenaikan suku bunga The Fed, Bank sentral AS itu pada Rabu, 27 Juli 2022, menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin, yang kedua berturut-turut sebesar itu, dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang berjalan pada level tertinggi empat dekade.
 
Ketua Fed Jerome Powell memperingatkan kenaikan suku bunga lainnya mungkin diperlukan pada pertemuan berikutnya pada September. Tetapi mencatat ini akan tergantung pada data ekonomi yang akan datang.
 
Investor telah menyatakan keprihatinan inflasi dan kenaikan suku bunga Fed yang agresif pada titik tertentu dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.
 

(SAW)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.