Malang: Gerakan Kayutangan Street Style baru-baru ini viral di media sosial (medsos). Sebab, gerakan yang berlangsung di Jalan Basuki Rahmat, Kauman, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur atau kawasan Kayutangan Heritage ini disebut meniru aksi Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat.
 
Gerakan ini awalnya diunggah oleh akun @kayutanganstreetstyle di media sosial Instagram. Namun, terpantau gelombang penolakan dari warganet atas gerakan ini bermunculan di kolom komentar pada unggahan di akun tersebut.
 
“MALANG KRISIS IDENTITAS @polrestamalangkotaofficial,” tulis akun @o*******87

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“krisis identitas,” tulis akun @w****_*******l.
 
“Kyk tdk pny ide sendri saja malang krisis identitas…,” tulis akun @a***_****19
 
Sementara itu, pihak pencetus Kayutangan Street Style membenarkan apabila gerakan ini terinspirasi oleh aksi Citayam Fashion Week yang berhasil menggemparkan dunia fesyen tanah air. Gerakan yang diadakan pada Jumat, 22 Juli 2022 pukul 19.00 WIB di sepanjang kawasan Kayutangan ini dicetuskan oleh tiga arek Malang, Rulli Suprayugo, Belinda Ameliyah dan Reza Wu.
 
Baca: Citayam Fashion Week, Pemprov DKI Larang Catwalk di Zebra Cross
 
Kayutangan Street Style merupakan sebuah gerakan untuk mengajak masyarakat bergaya dengan mengekspresikan personal style mereka. Tidak hanya bergaya, tapi gerakan ini sekaligus juga bertujuan untuk semakin meramaikan kawasan Kayutangan Heritage sebagai salah satu ikon pariwisata di Kota Malang. 
 
“Kegiatan ini merupakan gerakan yang ingin mengajak masyarakat Malang mengekspresikan diri melalui fesyen yang lebih personal, karenannya kami menyebutnya sebagai style,” kata Rulli Suprayugo, dalam keterangan resminya.
 
Rulli mengaku, gerakan tersebut mengusung tema street style dengan mengajak fashion stylish maupun fashion designer yang tidak tergabung dalam asosiasi. Bahkan, Kayutangan Street Style ini juga melibatkan sejumlah model, agency model, persona sosial media, videografer hingga fotografer yang tertarik dengan dunia fesyen.
 
“Sebab, tidak semua masuk dalam industri. Sehingga, ini menjadi wadah untuk mereka berekspresi. Kawasan Kayutangan ini milik umum, akan jadi panggung mereka. Kami ingin kawasan kayutangan menjadi kawasan inklusif, silakan berekspresi disini,” ujarnya. 
 
Sedangkan, Belinda Ameliyah menegaskan bahwa ini gerakan bukan event fesyen atau fesyen show. Ia berharap tidak ada kesalahpahaman yang terjadi terkait gerakan ini.
 
“Kami hanya bergaya, berkumpul, nongkrong dan ngobrol soal trend fashion di Malang, sekaligus ingin memantik masyarakat agar bisa menjadikannya sebagai culture trend di kehidupan sehari-hari,” kata designer dan Fashion Stylish ini.
 
Pihak pencetus gerakan ini mengklaim telah mengantongi restu dari Wali Kota Malang dan Ketua TP PKK Kota Malang. Bahkan mereka menyebut bahwa keduanya juga dijadwakan hadir meramaikan acara. 
 
“Ini akan menjadi sesuatu yang organik. Sebab, sampai saat ini, hanya dari promosi melalui media sosial saja, banyak pihak yang antusias mendukung dan jumlahnya melebihi ekspektsi kami,” imbuh Belinda.
 
Sementara itu, Reza Wu menambahkan, Kayutangan street style juga akan memberikan apresiasi kepada masyarakat umum yang datang dengan style terbaik.
 
“Kami akan memilih orang-orang yang datang dengan style paling keren, termasuk masyarakat umum juga. Kami juga memberikan kesempatan untuk videografer maupun fotografer yang membuat karya paling keren, bisa tag kami, akan kami repost dan beri hadiah,” terang designer yang merancang gaun Adinda Chresheilla di ajang Miss Supranational Ini.
 
Selain itu Reza Wu juga mengajak warganet yang kontra dengan gerakan ini untuk hadir dan menyaksikan secara langsung agara asumsi yang sejauh ini beredar tidak sepenuhnya benar.
 
“Banyak yang menganggab ini acara alay, latah atau unfaedah, monggo datang sendiri dan lihat bagaimana cara kami mengepresiasi style seseorang. Tanpa rusuh, tanpa mengganggu lalu lintas dan saling menghormati,” bebernya.
 

(ALB)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.