SURYA.CO.ID, KOTA KEDIRI – Mencuatnya dugaan kekerasan seksual oleh oknum guru pada beberapa anak didik belakangan ini, cukup menampar status Kota Kediri sebagai Kota Layak Anak (KLA). Untuk itulah Pemkot Kediri mempertegas komitmennya untuk mencegah kekerasan anak dan perempuan kembali terjadi, dan tak memberi ruang untuk para pelaku.

“Siapapun yang coba-coba melakukan hal ini akan ada sanksi yang sangat tegas,” tegas Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar dalam kegiatan Webinar Aman dan Gembira di Sekolah di Aula Kantor Dinas Pendidikan Kota Kediri, Jumat (19/8/2022).

Diskusi itu melibatkan warga sekolah dari 190 lembaga sekolah yang digelar secara hybrid, sebagian peserta hadir secara langsung dan secara daring melalui zoom meeting. Webinar diikuti 135 SD, 34 SMP, 9 SMA, dan beberapa TK juga menghadirkan narasumber Kalis Mardiasih dan Anastasia Satriyo.

Abu Bakar juga menegaskan, kepala sekolah juga harus memberikan keteladanan dan mendorong warga sekolah baik guru, tenaga kependidikan termasuk satpam untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

Seluruh guru dan pegawai di sekolah harus membangun suasana belajar yang aman. Selain itu komite sekolah harus memiliki wawasan yang sama dalam mencegah terjadinya tindakan kekerasan seksual.

Pria yang akrab disapa Mas Abu juga berpesan kepada anak-anak di Kota Kediri untuk menikmati masa belajar dengan gembira dan memahami batas-batas yang tidak boleh disentuh orang lain.

“Kalian harus berani menolak, melawan jika ada yang berani melanggar batasan tersebut. Jika ada yang melanggar batasan tadi silakan foto atau rekam dan dilaporkan pada saya atau hubungi call center di 08113787119,” pesannya.

Sementara Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kediri, Ferry Silviana Abu Bakar menyampaikan, semua harus bersama-sama belajar tentang pencegahan pelecehan seksual pada anak dan perempuan.

“Rasanya kami ingin menjadi yang pertama dalam memasukkan kurikulum pencegahan kekerasan pada anak dan perempuan secara serempak. Dan ini bisa diinisiasi oleh Pemkot Kediri dan PKK Kota Kediri,” ungkap Silviana.

Diharapkan kegiatan serupa terus dilakukan Dinas Pendidikan Kota Kediri setiap tahun pada saat masa ospek atau pengenalan lingkungan sekolah.

Istri Wali Kota Kota Kediri itu juga menyampaikan beberapa waktu lalu ada kejadian yang sangat memukul bagi warga Kota Kediri dan juga Pemkot Kediri karena kasus kekerasan seksual yang menjadi isu nasional.

“Mari kita bersama-sama, apabila terjadi kasus seperti itu kita dukung korban, kita berikan semangat, kita berikan apa yang dibutuhkan dan fokus pada korban. Lalu bagaimana kita memulihkan efek psikologisnya. Jangan berikan ruang untuk mendamaikan atau yang lainnya. Itu sama sekali tidak boleh,” tegasnya.

Diungkapkan, saat ini Rumah Aman Kota Kediri masih menampung salah satu korban kekerasan seksual oleh pamannya sendiri.

“Anak tersebut menangis di hadapan saya karena tidak mau dinikahkan dengan pelaku. Ia tidak mau menikah dengan orang yang sudah mencelakai hidupnya. Saya menyakinkan bahwa keputusan yang ia ambil sudah tepat,” ungkapnya.

Webinar diikuti seluruh Kepala Sekolah, Pengawas, Penilik, TK, SD, SMP, SMA, SMK se-Kota Kediri, Para Komite SD, SMP Negeri dan Swasta se-Kota Kediri, dan pelajar se-Kota Kediri. *****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.