Surabaya: Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa menyebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dibentuk untuk Indonesia menuju masa keemasan. Bonus demografi pada 2025-2037 menjadi momentum yang harus dimanfaatkan agar bisa membawa Indonesia menjadi negara maju. 
 
“KIB kita bentuk dan galang untuk menang. KIB juga kita bentuk dan galang untuk merebut peluang. Untuk itulah KIB kita bentuk dan galang sekali lagi. Mengapa? Sebab kita tak mau menjadi generasi yang durhaka pada zamannya. Kita ada di zaman besar dan untuk tak durhaka pada zamannya kita wajib membangun kualitas sendiri sebagai orang-orang besar,” kata Suharso, Minggu, 14 Agustus 2022.
 
Menteri PPN/Kepala Bappenas ini menjelaska, periode 2025-2037 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia kerja atau produktif yang mendominasi. Dengan kata lain, kata Suharso, bonus demografi menjadi jendela kesempatan yang harus dimanfaatkan sebagai sumber daya efektif bangsa untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Sekali lagi sebuah peluang bagi masa keemasan Indonesia terbuka dihadapan kita. Jika tidak kita kelola dengan layak dan bermartabat maka bonus demografi ini hanya akan lewat begitu saja, hanya menjadi monumen statistik sebuah bangsa, lewat dan kemudian tidak menjadi monumen kesejahteraan rakyatnya dan tidak menjadi monument kebesaran bangsanya,” jelas Suharso.
 
Baca: Pembentukan Koalisi Partai di Awal Disebut Pamer Kekuatan
 
Menurut Suharso, beruntung menjadi generasi yang berhadapan dengan bonus demografi itu. Namun masyarakat harus memanfaatkan jendela peluang itu untuk mengangkat tinggi-tinggi kesejahteraan rakyat dan melesatkan kedudukan Indonesia menjadi bangsa terhormat di antara bangsa-bangsa di dunia.
 
Suharso menambahkan, KIB juga bertekad untuk membentuk suatu ekosistem yang dapat mengantarkan masyarakat lolos dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Hal tersebut setidaknya akan dilakukan dengan empat cara.
 
Pertama, menjamin hadirnya pelayanan publik utamanya kesehatan yang prima dan merata. Kedua, menekan tingkat pengangguran serendah-rendahnya melalui tersedianya pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang memadai dan sepadan untuk biaya hidup dan tabungan hari tua. 
 
Ketiga, menekan kemiskinan melalui pemberdayaan, bukan hanya sekadar bantuan-bantuan sosial. Keempat, menekan ratio dini yang sekaligus meningkatkan rata-rata pendapatan perkapita. 
 
“Dengan ekosistem menjemput bonus demografi itu kita lulus dan loloskan Indonesia dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap. KIB dipanggil oleh sejarah untuk mengeluarkan Indonesia dari jebakan itu. Kita harus mempercepat mengeluarkan Indonesia dari jebakan itu,” tegasnya.
 

(ALB)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.