Bali: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Indonesia tidak akan mengalami nasib seperti Sri Lanka yang bangkrut. Pasalnya Indonesia memiliki ketahanan yang lebih baik sehingga mampu mencegah situasi yang dialami oleh Sri Lanka.
 

Ia mengungkapkan saat ini dunia memang mengalami tekanan yang sama akibat dari dampak pandemi covid-19 ditambah situasi geopolitik yang bergejolak. Selain itu, tambahnya, kenaikan harga-harga juga menyebabkan lonjakan inflasi sehingga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi.
 

“Seluruh dunia menghadapi konsekuensi geopolitik dalam bentuk kenaikan bahan-bahan makanan, kenaikan harga energi yang mendorong lebih tinggi lagi inflasi setelah meningkat akibat pandemi,” kata dia, dalam konferensi pers di Nusa Dua Bali, Rabu, 13 Juli 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sri Mulyani mengatakan sekarang ini inflasi di negara-negara maju sudah mengalami kenaikan yang memaksa mereka mengambil kebijakan antisipatif. Namun tidak semua negara memiliki ketahanan untuk bisa bertahan dari berbagai hantaman akibat pandemi dan situasi global.

“Beberapa negara kalau kondisi awalnya tidak kuat apalagi sesudah dua tahun dihadapkan pada pandemi ketidakkuatan itu dilihat dari berbagai faktor. Pertama, neraca pembayarannya. Yaitu apakah thread account, capital account, cadangan devisanya memadai dari negara tersebut dampaknya kepada nilai tukar,” ungkapnya.
 

Hal lain yang juga menjadi perbedaan adalah ketahanan perekonomian dari negara-negara yang berbeda-beda. Dengan tingginya harga pangan, energi, serta pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih akibat dari dampak pandemi covid-19 dua tahun terakhir.
 

“Jadi kalau mereka mengalami kontraksi dalam akibat pandemi dan belum pulih ditambah dengan kemudian inflasi yang tinggi yang sekarang ini terjadi, ini akan makin menimbulkan kompleksitas suatu negara. Kemudian mereka juga akan melihat dari sisi monetary policy-nya,” ujar dia.

Selain itu, kondisi utang pemerintah maupun swasta di Indonesia dinilai masih aman. Di samping itu, kondisi fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga masih sehat dengan level defisit yang masih terkendali sesuai dengan target pemerintah.
 

“Mereka akan lihat dari sisi APBN-nya, apakah APBN-nya cukup kuat defisitnya terkendali dan juga dari sisi jumlah utang terhadap PDB dan debt service dari utang itu jadi tidak hanya level tapi juga khususnya,” pungkas dia.

 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.