SURYA.CO.ID, JEMBER – Sepak bola putri merupakan satu cabang olahraga (cabor) yang baru kali pertama dipertandingkan di Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur (Porprov Jatim) VII 2022. Tujuh daerah berpartisipasi dalam kompetisi cabang olahraga tersebut.
Kompetisi cabor sepak bola putri sudah selesai, dengan hasil peringkat pertama diraih oleh Kabupaten Banyuwangi, lalu Bondowoso, dan peringkat ketiga ada Kabupaten Lamongan.
SURYA.CO.ID berbincang dengan Sekjen Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Jawa Timur (PSSI Jatim) Dyan Puspita Rini terkait hadirnya cabor sepak bola putri di ajang Porprov VII kali ini.
Ririn, panggilan akrab perempuan itu, menuturkan saat di PON Papua lalu, Jawa Timur hanya menjadi penonton di kompetisi cabor sepak bola putri. “
Padahal Jawa Timur ini besar, kenapa di PON Papua kemarin kita hanya jadi penonton di sepak bola putri, tanpa ikut. Itu kan menjadi sebuah tanda tanya besar,” kata Ririn usai final sepak bola putri Porprov Jatim VII di Stadion Notohadinegoro, Jember, Jumat (1/7/2022) sore.
Karena itulah, PSSI Jatim bersama sejumlah pihak berusaha mengegolkan sepak bola putri sebagai salah satu cabor yang dipertandingkan di Porprov VII Jatim 2022.
KONI Jatim pun setuju sepak bola putri dipertandingkan. Namun kendala lain muncul, ternyata hanya delapan daerah yang mengirimkan kontingen sepak bola putri, dari ketentuan minimal cabor bisa dipertandingkan di Porprov jika ada 13 kabupaten/kota ikut.
“Kami bersyukur meskipun hanya ada delapan daerah yang mengirimkan, dan menjadi tujuh kabupaten/kota yang bertanding, karena di detik terakhir Lumajang mundur. Kami bersyukur sekali, dan oleh KONI masih dibolehkan untuk bertanding,” imbuhnya.
Tujuan kengototan PSSI Jatim, lanjutnya, untuk menunjukkan eksistensi sepak bola putri Jawa Timur itu ada. Ririn menegaskan, bukan perkara siapa yang menang menjadi juara 1 dan seterusnya. Namun kehadiran sepak bola putri di Porprov Jatim ini diharapkan membuka mata banyak orang, bahwa sepak bola putri penting.
“Kami harapkan setelah ini banyak mata melihat dan mindset berubah. Bahwa sepak bola itu bukan hanya putra saja, namun juga ada putri. Dari event ini, kami harapkan semua daerah, stakeholder bisa terbuka dan akhirnya sepak bola putri ini juga diperhatikan,” tegasnya.
Ketika ditanya apa evaluasi dari pertandingan sepak bola putri di ajang Porprov ini. Ririn menyebut, ada beberapa hal, seperti skill, teknis, fisik, juga kualitas pemain.
Dia menyebut, di pertandingan Porprov Jatim ini ada beberapa pemain sepak bola putri yang cepat tumbang karena fisiknya kurang dilatih, kemudian skill dan teknik permainan yang masih harus lebih dalam untuk dipoles.
“Soal fisik, skill, teknik, juga kualitas untuk menjadi PR bersama. Namun sebelum ke sana, yang lebih penting ini bagaimana pengembangan sepak bola putri terlebih dahulu. Seperti melakukan kompetisi internal untuk mencari bibit-bibit pemain muda sepak bola terbaik dari Jatim,” kata Ririn.
Karena targetnya nanti, saat di PON Aceh, Jawa Timur bisa mengirimkan atlet sepak bola putri untuk bertanding.
Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.