SURYA.CO.ID | LUMAJANG – Insiden kerusuhan kembali mewarnai perhelatan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII/2022 Jatim. Kali ini, tanding berujung kisruh terjadi di cabang olahraga (Cabor) pencak silat di Lumajang.

Informasi yang diperoleh Surya.co.id, pertandingan ini kisruh akibat salah satu tim offisial tidak terima dengan keputusan wasit.

Keributan bermula saat Puji Santosa pesilat Jember bertanding dengan Septyan Dwi Iksan pesilat Surabaya di Gor Wira Bhakti, Lumajang, untuk melakoni laga semifinal, Rabu (29/6). Laga itu berlangsung sengit. Keduanya sama-sama ingin mengalahkan lawan untuk memastikan bisa tanding di final.

Saat itu, Puji Santoso melakukan pukulan ke arah tengah body protector lawan Septyan Dwi Iksan. Menurut Puji Santoso, pukulannya mendapat penghargaan poin, namun wasit menilai pukulan itu ada unsur pelanggaran. Sebab, Puji melakukan pukulan berulang-ulang, bahkan atlet Septyan Dwi Iksan sampai dilarikan di rumah sakit.

Nah, offisial Puji Santoso menganggap Septyan Dwi Iksan hanya berakting. Offisial Puji Santoso menganggap keputusan wasit tidak adil. Gara-gara ini mereka melayangkan protes ke wasit.

Akan tetapi, tim offisial dan kontigen pencak silat Kabupaten Jember kabarnya tidak melakukan protes sesuai koridor-koridor pertandingan. Mereka protes dengan cara melempar kursi dan meja ke arah panpel. Untung, lemparan ini tidak mengenai seseorang. Namun, karena suasana memanas, pertandingan ini akhirnya terpaksa dihentikan.

Kapolres Lumajang, AKBP Dewa Putu Eka Darmawan mengaku prihatin dengan kejadian ini. Ajang Porprov yang seharusnya digunakan ajang atlet muda menampilkan aksi terbaik, justru malah disuguhi aksi kericuhan. Baginya, hal ini bisa menciderai nilai-nilai sportifitas dalam olahraga.

“Kalau permasalahannya di dalam pertandingan seharusnya lakukan protes sesuai aturan yang ada. Kan setiap pertandingan ada mekanismenya. Kalau protes karena tidak terima, kan ada SOPnya. Tidak terima dengan keputusan wasit, ada regulasi yang harus ditempuh. Tidak tiba-tiba merusak properti, hargai kami petugas pengamanan,” ujar AKBP Dewa Putu.

Kapolres Dewa Putu memastikan, pihaknya kini tengah mencari sosok provokasi dalam insiden tersebut. Sosok provokasi akan disanksi agar kejadian semacam ini tidak lagi terulang. Pihaknya juga mensiagakan petugas di sekitar base camp kontigen untuk mencegah aksi kisruh berlanjut di luar gelanggang.

“Insiden di dalam kami tidak bisa ikut campur karena ranah panpel, tim juri, maupun tim medis. Yang kita sayangkan, saat kami mengamankan jalannya pertandingan ternyata ada pihak-pihak yang memprovokasi. Membalik meja, melempar kursi, kemudian mengejar dokter. Nah, ini kan sudah di luar aturan pertandingan. Kami akan introgasi mereka, agar kejadian ini tidak terulang lagi,” pungkasnya.

 

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.