Jakarta: Aplikasi streaming musik Resso kembali menggelar ‘Breakfast with Resso’ (BwR). Edisi ke-enam ini menghadirkan topik diskusi bagaimana pelaku industri musik dapat secara optimal memanfaatkan teknologi digital bagi kemajuan industri musik.
 
Acara yang dipandu pemerhati dan penulis musik Wendi Putranto itu menghadirkan peserta dari beragam latar belakang dalam industri musik seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, label, musisi, media musik, TikTok, dan Resso sebagai tuan rumah.
 
“Teknologi ada untuk mendukung dan memudahkan kebutuhan sehari-hari manusia. Kehadiran berbagai platform digital tentunya harus dimanfaatkan secara optimal oleh musisi untuk menjangkau pendengar di Indonesia, Asia dan global,” kata Aldo Sianturi, Chief Digital Officer Demajors dalam keterangan tertulisnya.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Tidak dapat dipungkiri bahwa cara menikmati musik di era digital sekarang sudah lumrah, namun akan selalu ada musisi dan pendengar yang tetap memproduksi dan mengakses musik melalui cara-cara lama. Maka, diperlukan strategi yang tepat bagi musisi agar karyanya tersedia di semua market, baik secara fisik maupun digital,” lanjutnya.
 
Faiz Novascotia, penyanyi-penulis lagu yang membesut group Reality Club, juga mengakui bahwa teknologi digital telah memudahkannya dalam membuat dan memproduksi lagu. Sehingga mereka bisa dengan mudah berkolaborasi.
 
“Tentunya semua perkembangan teknologi hingga kini, masih banyak yang harus dipelajari, dilakukan, dan diadaptasi. Semakin banyak kolaborasi dalam ekosistem musik, akan semakin baik, karena kita semua ingin mencapai tujuan yang sama,” katanya.
 

Kehadiran berbagai platform digital bagi kreator konten dan musik menuntut mereka untuk dapat memperkenalkan, mengedukasi, dan membuka akses bagi musisi lokal dan indie, agar dapat menampilkan karya mereka. Hal ini yang menurut Christo Putra, Head of Music & Artist Operations sudah dilakukan juga oleh SoundOn Indonesia, sebuah platform all-in-one untuk keperluan pemasaran dan distribusi musik.
 
“Masih banyak musisi Indonesia yang masih berupaya untuk memahami cara untuk menjangkau audiens mereka dan memonetisasi karya mereka. Selama ini, mereka cukup puas dengan mengunggah karya di kanal video yang ada, padahal banyak yang bisa dilakukan agar karya mereka menjangkau audiensnya. Kami ingin menjembatani kebutuhan tersebut dengan mengedukasi, menginkubasi dan membimbing para kreator musik,” paparnya.
 
Menurut Selliane Halia Ishak, Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital, Kementerian Pariwisata dan Kreatif Ekonomi, era digital memungkinkan semua hal menjadi transparan dan terukur melalui data analytic. Pemerintah memiliki beberapa target terkait pertumbuhan ekonomi digital, tidak hanya dari kontribusi pendapatan saja, tetapi juga terkait pengembangan talenta digital dan terjadinya transformasi digital di pelaku UMKM.
 
“Untuk itu, kami sangat berharap mendapat masukan dari para pelaku industri, agar dapat berbagi pengetahuan serta berkolaborasi dengan pemerintah, guna mendukung program-program akselerasi digital di semua subsektor ekonomi kreatif khususnya musik,” tutupnya.
 

(ELG)


Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.