London: Perlombaan untuk mengganti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dijadwalkan berakhir pada 5 September mendatang, ucap Partai Konservatif atau Tory pada Senin, 11 Juli 2022. Sekitar 11 kandidat berusaha mendapatkan posisi tersebut, dengan proses pemilihan akan dimulai pekan ini.
 
“Saya sangat ingin kami dapat menyelesaikan proses ini secara mulus dan secepat mungkin,” ucap Graham Brady, Ketua Komite 1922 di parlemen yang memimpin proses pemilihan PM baru Inggris.
 
Di bawah sistem parlemen Inggris, pengganti Boris Johnson akan otomatis menjadi perdana menteri tanpa perlu menggelar pemilihan umum.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Kontes kepemimpinan Tory dipicu pekan kemarin saat PM Johnson dipaksa untuk mengundurkan diri. Lebih dari 50 pengunduran diri menghantam PM Johnson dalam beberapa pekan terakhir, di mana timnya balik menentang atas terjadinya serangkaian skandal.
 
Baca:  Catatan Skandal yang Memicu Mundurnya Boris Johnson
 
Dalam upaya mempercepat proses, semua kandidat harus memiliki setidaknya didukung 20 anggota parlemen agar bisa ikut pemilihan. Biasanya, proses seperti ini hanya membutuhkan delapan dukungan.
 
Nantinya, tiap kandidat yang gagal mendapat 30 dukungan di putaran pertama akan tereliminasi.
 
PM Johnson telah ditanya secara langsung apakah dirinya akan mendukung kandidat tertentu. Ia menolak melakukan hal tersebut. “Tugas dari perdana menteri di fase ini adalah membiarkan partai memutuskan sendiri,” ujarnya, dikutip dari DW.

Siapa Saja Kandidat Pengganti PM Johnson?

Pemimpin baru Tory akan dipilih dalam dua putaran, di mana 358 anggota parlemen akan mengurangi jajaran kandidat menjadi hanya dua tokoh melalui serangkaian proses eliminasi. Kandidat yang gagal meraih setidaknya 30 suara akan dieliminasi di setiap putaran.
 
Setelah kandidatnya hanya tersisa dua, maka mereka akan dipilih oleh semua anggota Tory di seantero negeri.
 
Dari daftar kandidat yang cukup panjang terdapat mantan menteri keuangan Rishi Sunak dan mantan menteri kesehatan Sajid Javid. Kepergian mereka dari kabinet PM Johnson telah memicu gelombang pengunduran diri.
 
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dan pengganti Sunak, Nadhim Zawahi, juga mendeklarasikan pencalonan mereka. Sementara Menteri Dalam Negeri Priti Patel dilaporkan masih memutuskan untuk ikut serta atau tidak.
 
Sunak diyakini sebagai salah satu kandidat terdepan, dan beberapa calon lain secara vokal menentang peningkatan pajak yang pernah diperkenalkan Sunak untuk menambah anggaran Inggris yang terhantam pandemi Covid-19 serta Brexit. Sejumlah kandidat, termasuk Truss, bertekad mencabut peningkatan pajak tersebut.
 
Siapa pun yang berhasil menjadi PM baru Inggris akan menghadapi sejumlah tantangan. Perekonomian Inggris tengah menghadapi inflasi, utang tinggi, dan pertumbuhan yang melambat. Semua ini terjadi di tengah masalah isu energi yang diperparah invasi Rusia ke Ukraina yang memicu lonjakan harga bahan bakar.
 

(WIL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.