Jakarta: Situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi covid-19 ditambah merangkaknya harga berbagai komoditas akibat perang Rusia-Ukraina menjadi tantangan di berbagai sektor, termasuk di pasar. Pedagang pasar mengeluh kenaikan harga kebutuhan pokok ini memicu sepinya pembeli sehingga menurunkan omzet.
 
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman mengaku khawatir tergerusnya omzet pedagang pasar. Menurutnya ketidakstabilan harga bahan pokok perlu ditekan, supaya tidak berimbas ke rantai distribusi, terutama mata pencaharian pedagang pasar.
 
Berdasarkan data APPSI, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga di antaranya minyak goreng, sayuran, telur, cabai, bawang merah, gula, dan rokok. Kondisi ini tidak hanya memberikan dampak bagi para pedagang saja, tetapi juga masyarakat selaku konsumen.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Pedagang pasar dan pembeli terus mengeluh akibat kenaikan harga ini. Ketidakpastian harga memberatkan semua pihak, pedagang pasar juga tidak bisa mengambil keuntungan yang sesuai target,” kata dia kepada wartawan dilansir di Jakarta, Kamis, 11 Agustus 2022.
 

Ia mengungkapkan pedagang sulit untuk membayar biaya operasional karena penurunan omzet. Untuk mengatasi masalah ini, seluruh pihak mulai dari kementerian, industri hingga sektor hulu harus duduk bersama untuk membahas formula yang tepat agar memastikan ketersediaan barang konsumsi ini. 
 
“Pemerintah harus menjadi agregator untuk memfasilitasi pedagang pasar supaya harga pangan dan harga barang-barang lain bisa stabil dan omzet bisa naik lagi. Stabilnya harga komoditas dan barang-barang lain dapat membantu menggerakkan roda ekonomi,” ungkap dia.
 
Salah satu pedagang cabai dan bawang yakni Wati, 47, mengaku penjualannya menurun karena kenaikan harga yang membuat konsumen enggan untuk berbelanja banyak. Wati berharap agar kondisi ini bisa secepatnya pulih dan pemerintah dapat memberikan solusi.
 
“Harga cabai dan bawang naik, enggak ada yang beli, jadi susah dapat duit. Padahal apa-apa perlu biaya. Harapannya yang penting kita bisa balik modal, harga jangan sampai mahal sekali karena kalau begini kan kita ambil modalnya juga susah,” ujar Wati.
 

(END)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.