SURYA.CO.ID, LAMONGAN – Intoleransi dan radikalisme yang sebenarnya hembusan isu akhirnya malah berkembang di masyarakat, dan dikhawatirkan melahirkan paham terorisme. Dan dalam kasus ekstremnya, dua isu itu bisa memicu aksi teror yang meresahkan masyarakat, sehingga melahirkan ketidakpercayaan kepada pemerintah.

Dan sebagai bagian dari upaya mencegah isu tersebut serta menebar pesan damai, para ulama diharapkan bisa berperan aktif. 

“Untuk menjaga dan mengembangkan toleransi ini, para dai dan khatib memiliki peran penting dalam penyampaian pesan damai pada masyarakat,” ungkap Kanit 1 Subdit Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 Anti Teror, AKBP Moh Dofir dalam acara silaturrahim bersama 100 undangan dai, khatib dan tokoh Ormas di Aula Gajah Mada Pemkab Lamongan, Senin (22/8/2022).

Menurut Dofir, silaturrahim ini sangat strategis karena dai dan khatib yang terjun langsung di tengah-tengah masyarakat, untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat bertoleransi.

“Para dai dan khatib ini memiliki peran utama dalam rangka penyampaian pesan perdamaian, serta memiliki otoritas mengarahkan agar menghindari pemikiran dan perilaku intoleransi,” ungkapnya.

Dengan silaturrahim ini diharapkan ke depannya para dai dan khatib bisa membumikan materi toleransi dan pesan damai di tengah-tengah umat. Dofir juga menambahkan, ada tiga peran utama seorang khatib dalam masyarakat, di antaranya menyampaikan pesan kedamaian dan bisa diterima semua serta keteladanan bagi umat.

“Jika para khatib tidak ada kontrol dalam menyampaikan materi maka akan menjadi ancaman yang serius bagi negara,” terangnya.

Masih kata Dofir, khatib memiliki peran sentral atau memiliki otoritas dalam menasehati dan mengarahkan jamaah agar tidak berperilaku yang mencederai persaudaraan, beragama, berbangsa, dan berperikemanusiaan.

Sementara Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi mengatakan, wilayah Lamongan yang luas dengan berbagai macam kharakteristik ini termasuk daerah rawan. Karena itu Kaji Yes mengajak bersama memberikan support agar terbangun iklim kondusif di Kabupaten Lamongan, serta demi Indonesia dan perdamaian.

“Acara silaturrahim ini bisa membangun kembali komitmen bersama untuk mantap melangkah, berkolaborasi membangun Lamongan yang kondusif dan inklusif,” ungkap Kaji Yes.

Yuhronur mengakhiri sambutannya dengan pantun, ‘berenang-renang jangan ke hulu, air coklat di sela batu’, yang maknanya ‘bersenang-senang jangan terlalu, nasib di akhirat belum lah tentu’.

Kemudian dilanjutkan larik, ‘Buah mentimun buah labu, buah yang merah namanya saga, yang maknanya ‘mencium tangannya ayah dan ibu, akan terasa harumnya surga’. Dua syair pantun itu dikutip dari karya Zawawi Imron, seorang budayawan Madura yang religius.

Silaturrahim dai dan khatib ini diikuti oleh 100 peserta dari perwakilan kecamatan dan ormas-ormas Islam di Lamongan, dengan narasumber Ketua Aswaja Center PWNU Jatim yang juga Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim, KH Ma’ruf Khozin; mantan napi teroris, Ustadz Abu Fida dan KH D Zawawi Imron, tokoh agama dan budayawan nasional. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.