Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan determinasi bank sentral di negara maju untuk melawan inflasi akan membuat terjadinya pelemahan ekonomi di negara mereka.
 
Namun, meskipun negara maju mengorbankan ekonomi mereka, kenaikan harga komoditas utamanya pangan dan energi dapat diatasi.
 
“2023 itu kita bisa memproyeksikan kalau negara maju sudah mengantisipasi dalam rangka mengendalikan inflasi, mereka akan mengambil risiko pelemahan ekonomi,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI, Rabu, 31 Agustus 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


“Kemungkinan harga yang menjadi pressure point yaitu harga pangan dan energi bisa menjadi lebih rendah atau lebih normal dibandingkan situasi extraordinary,” tambahnya.
 
Lebih lanjut, Sri Mulyani menambahkan hal yang berbeda justru diterapkan oleh Indonesia. Ini karena Kemenkeu bersama Bank Indonesia (BI) tengah memformulasikan kebijakan untuk tetap melanjutkan pertumbuhan dan juga menjaga stabilitas inflasi.
 
Menurutnya, inflasi yang dihadapi Indonesia saat ini lebih berasal dari sisi supply dibandingkan demand. Maka dari itu, penyelesaian masalah inflasi juga harus dari sisi supply.
 
“Kalau sumber inflasi supply side dalam hal ini, kita harus fokus selesaikan sisi supply. Inilah kenapa Presiden bertemu dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah. Mulai minggu ini juga diintensifkan pertemuan dan juga memberikan pengertian kepada kepala daerah mengenai pentingnya kontribusi peranan daerah dalam pengendalian inflasi,” kata Sri Mulyani.
 

 
Menurut Sri Mulyani, permasalahan inflasi di Indonesia terkait dengan pangan yang masih dapat diatasi. Berbeda halnya jika inflasi pangan ini terkait dengan gandum dan kedelai yang sulit untuk dapat diatasi.
 
Dia menegaskan, permasalahan dari sisi supply ini tidak dapat diselesaikan dengan penyelesaian dari sisi demand, seperti yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat dan Eropa yang menaikkan suku bunga.
 
“Kalau supply problem diselesaikan dengan demand response yaitu kenaikan suku bunga yang lebih memengaruhi demand side, itu bisa terlalu painfull. Itu yang terjadi di Amerika Serikat dan negara maju lainnya. Kita mencoba mengurangi posibilitas seperti itu,” pungkasnya.
 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.