Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mewanti-wanti tingginya inflasi akibat lonjakan harga pangan dan bahan bakar minyak (BBM). Pasalnya, inflasi kelompok pangan bergejolak atau volatile food tercatat sudah mencapai 11,47 persen year on year (yoy).
 
Hal tersebut didorong oleh kenaikan harga aneka cabai, bawang merah, minyak goreng, dan daging ayam ras. Luhut pun menekankan kota/kabupaten dengan historis kenaikan inflasi volatile food pada akhir tahun perlu melakukan langkah antisipasi.
 
“Saya minta seluruh jajaran mulai dari gubernur, bupati, wali kota, pangdam, kapolda, kapolres untuk bekerja sama mengantisipasi kenaikan harga pangan dan energi di sisa 2022,” ungkapnya dalam acara Sinkronisasi Program/Kegiatan Pengendalian Inflasi Daerah yang diselenggarakan Kemendagri, Selasa, 30 Agustus 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dari 20 kota/kabupaten tercatat memiliki inflasi year-to-date (ytd) tertinggi, dimana 11 diantaranya berada di Sumatra. Sebanyak 70 dari 90 kab/kota yang disurvei oleh Badan Pusat Statistik mengalami tingkat inflasi secara year to date (ytd) di atas nasional yakni 3,85 persen. Komoditas volatile food dengan sumbangan inflasi terbesar ytd adalah cabai merah dan bawang merah.
 
Inflasi ytd cabai merah tertinggi juga mayoritas terjadi di pulau Sumatra yakni sebanyak 19 kota/kabupaten dari 20 kota/kabupaten. Sementara inflasi bawang merah tertinggi terjadi di tujuh kota/kabupaten di kawasan Sulampua, dan enam kota/kabupaten di Pulau Sumatra.
 
Luhut memberi arahan untuk dilakukan identifikasi dengan rinci perkiraan ketersediaan suplai sampai akhir tahun dan permintaan pangan di tiap daerah. Berdasarkan tren 10 tahun terakhir, kenaikan harga beberapa komoditas pangan perlu diantisipasi pada empat bulan terakhir tahun kalender.
 
“Langkah-langkah untuk memastikan ketersediaan suplai pangan, yang mana bahan pangan trennya akan meningkat, harus dilakukan sejak saat ini. Antisipasinya seperti persiapan cold storage, penanaman di luar sentra produksi dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, dan kelancaran distribusi,” ucapnya.
 

 
Terkait rencana penyesuaian harga BBM subsidi yakni pertalite dan solar, akan berdampak pada inflasi setiap kenaikan Rp500 per liter. Berdasarkan pengalaman kenaikan BBM sebelumnya, kenaikan harga juga akan terjadi pada komponen harga bergejolak maupun inti melalui jalur kenaikan biaya input.
 
“Dampak kenaikan harga BBM kepada inflasi ini terjadi pada setiap kenaikan harga Rp500 per liter,” ucap Luhut.
 
Pemerintah pun menyiapkan bantuan untuk antisipasi kenaikan harga BBM, antara lain Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp12,4 triliun yang menyasar 20,65 juta KPM, Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar Rp9,6 triliun untuk 16 juta pekerja, dan juga earmark dua persen dari Dana Transfer Umum sebesar Rp2,17 triliun melalui program perlinsos dan Penciptaan Lapangan Kerja.
 
“Saya minta gubernur, bupati, wali kota berkoordinasi dengan kementerian lembaga terkait mengalokasikan anggaran bantuan kepada masyarakat, melalui bantuan sosial (bansos) atau subsidi,” pungkas Luhut.

 

(HUS)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.