SURYA.CO.ID, PAMEKASAN – Sebulan belakangan ini aliran listrik di Pamekasan sering padam baik pagi, siang maupun malam hari tanpa pemberitahuan lebih dulu. Kondisi ini membuat masyarakat kecewa, padahal padamnya aliran listrik itu juga akibat ulah warga sendiri yaitu bermain layang-layang dan memutus aliran listrik.

Bagi pelanggan PLN, pemadaman mendadak bisa berakibat fatal terhadap peralatan elektronik. Seperti yang diungkapkan Hamdi, warga Pakong. Aliran listrik di wilayahnya, mulai pukul 06.00 hingga pukul 11.00 terjadi tiga kali pemadaman.

“Yang kami sesalkan, padamnya aliran listrik ini sering terjadi di sore hari dan malam hari. Sekali padam, waktunya lebih dari 30 menit,” kata Hamdi, Selasa (30/8/2022).

Ternyata padamnya aliran listrik secara mendadak juga menimpa di kawasan Kecamatan, Pegantenan, Kota, Galis dan Kecamatan Pademawu. Sehingga masyarakat bertanya-tanya, kenapa aliran listrik belakangan ini sering padam. Padahal, biasanya bila dilakukan pemadaman, lebih dulu PLN memberitahukan kepada masyarakat.

Kepala PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Pamekasan, Agung Setiobudi kepada SURYA mengakui, banyak keluhan masyarakat mengenai padamnya listrik tanpa pemberitahuan lebih dulu, bukan disengaja. Melainkan ada gangguan mendadak yang membuat jaringan listrik di gardu putus.

“Padamnya aliran listrik itu, bukan hanya adanya ranting pohon yang jatuh, melainkan seringnya layangan yang diterbangkan warga jatuh dan nyangkut di jaringan listrik. Akibat kejadian itu, batas toleransi tidak mampu bekerja lalu menimbulkan hubungan arus pendek dan listrik langsung padam, ” jelas Agung.

Menurut Agung, pihaknya tidak melarang warga bermain layangan untuk hiburan. Namun yang harus diperhatikan agar tidak menerbangkan layangan di dekat kabel jaringan PLN yang memiliki tegangan tinggi 20.000 volt. Walau layangan itu terbuat dari bahan yang memiliki hambatan kecil, tetap saja berbahaya bila menempel pada kabel jaringan.

Dikatakan Agung, masyarakat yang banyak menerbangkan layangan itu di kawasan Kecamatan Proppo dan Kecamatan Pegantenan. Padahal gardu induk PLN di Pamekasan ada di Proppo. Sehingga bila layangan itu jatuh menyangkut di daerah sana, yang padam bisa se-Pamekasan.

“Bahkan beberapa waktu lalu gara-gara layangan, aliran listrik se Madura padam, karena layangan itu jatuh tersangkut di kabel bertegangan 120.000 volt,” kata Agung.

Dijelaskan, untuk mencegah padamnya listrik akibat layangan, stafnya naik sepeda motor blusukan ke desa-desa yang rawan menerbangkan layangan. Tujuannya memberikan sosilasi langsung kepada warga dan lewat aparat desa, pihak kecamatan, serta tokoh masyarakat.

Bahkan PLN berkoordinasi dengan aparat kepolisian serta TNI memberikan pemahaman bahayanya bermain layangan dekat kabel jaringan. Agung menyadari, pihaknya tidak bisa maksimal mencegah terjadinya padamnya listrik akibat layangan, tanpa dukungan, kerjasama dan kesadaran masyarakatnya sendiri.

“Kami sering dikomplain warga, kenapa hanya akibat layangan, padamnya agak lama. Karena untuk mencari jaringan yang tersangkut layangan ini kami cukup sulit. Sebab begitu aliran listrik padam, layangannya sudah terbakar. Dan warga yang menerbangkan sudah lari,” papar Agung.

Kalau imbauan kepada masyarakat tidak diindahkan dan masyarakat sulit diberikan pengertian, maka akan diserahkan kepada polisi. Dan untuk memberikan efek jera bagi warga yang ketahuan layangan miliknya mengakibatkan aliran listrik padam, maka akan diancam pidana.

Proses penindakannya dipasrahkan kepada aparat kepolisian. Karena perbuatannya dinilai sengaja merusak aset negara yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat luas. ****


Artikel ini bersumber dari surabaya.tribunnews.com.