Jakarta: Kementerian Kesehatan telah mengumumkan adanya kasus pertama cacar monyet di Indonesia. Pasien ialah seorang laki-laki berusia 27 tahun, dengan riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Perancis sebelum tertular. 
 
Adapun saat ini Kemenkes bersama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta tengah melakukan pelacakan kontak erat dari pasien tersebut. Tujuannya agar masyarakat yang kontak erat dengan pasien dilakukan pemeriksaan.
 
“Karena kasus cacar monyet ini adalah kasus yang menular yang memerlukan kontak tracing kepada orang-orang yang pernah kontak erat dengan pasien tersebut,” kata Syahril, Minggu, 21 Agustus 2022.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Syahril menyatakan bahwa saat ini pasien dalam kondisi baik. Pasien juga sedang melakukan isolasi mandiri di rumahnya. 
 
Ia melanjutkan, sebagai bentuk kewaspadaan, Kemenkes sudah melakukan pemantauan intensif di seluruh pintu masuk Indonesia, baik dari udara, laut, maupun darat yang berhubungan langsung kepada negara-negara yang sudah melaporkan adanya kasus monkeypox
 
Sekitar 89 negara yang sudah melaporkan adanya kasus cacar monyet di negaranya. Pemerintah juga sudah memberikan status kewaspadaan kepada seluruh maskapai penerbangan dan pelabuhan untuk bersama memberikan suatu kewaspadaan apabila ada penumpangnya yang mempunyai gejala cacar monyet.
 
Langkah berikutnya, ucap Syahril, pihaknya sudah memberikan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh masyarakat, seluruh petugas kesehatan, dan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk mewaspadai cacar monyet.
 
Syahril mengingatkan kepada seluruh masyarakat agar selalu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan meningkatkan protokol kesehatan. “Protokol kesehatan ini bukan hanya untuk monkeypox saja tapi juga untuk seluruh penyakit menular,” kata Syahril.
 

Pemerintah telah memberikan pedoman kepada seluruh dinas kesehatan di Indonesia, seluruh rumah sakit, dan seluruh puskesmas untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap monkeypox. Ia berharap jangan sampai ada petugas kesehatan di fasilitas kesehatan manapun yang tidak paham dengan cacar monyet, karena ini bagian dari kewaspadaan. 
 
Syahril menegaskan, pasien monkeypox juga tidak diperlukan ruang isolasi sebagaimana pasien covid-19. Ruang isolasi untuk pasien covid-19 memerlukan tekanan negatif, sementara untuk pasien monkeypox ruang isolasi tersebut tidak diperlukan. 
 
Terapi perawatan klinis untuk cacar monyet harus dioptimalkan sepenuhnya untuk meringankan gejala, mengelola komplikasi, dan mencegah gejala sisa jangka panjang. Pasien harus diberi cairan obat dan makanan untuk mempertahankan gizi yang memadai. 
 
Infeksi bakteri sekunder harus diobati sesuai indikasi. Antivirus yang dikenal sebagai tecovirimat yang dikembangkan untuk cacar dilisensikan oleh European Medicines Agency (EMA) untuk monkeypox pada 2022 berdasarkan data pada penelitian pada hewan dan manusia. 
 
Tecovirimat belum tersedia secara luas. Jika digunakan untuk perawatan pasien, tecovirimat idealnya harus dipantau dalam konteks penelitian klinis dengan pengumpulan data prospektif,” beber Syahril. 
 
Terkait vaksinasi, WHO belum memberikan rekomendasi untuk vaksinasi massal dalam menghadapai monkeypox. Ada dua atau tiga negara yang sudah melakukan vaksinasi dan Indonesia juga sedang memproses untuk pengadaannya dan harus melalui rekomendasi dari Badan POM. 
 
Pasien monkeypox akan sembuh sendiri manakala tidak ada infeksi tambahan atau tidak ada komorbid yang berat yang dapat memperparah kondisi pasien. “Kalau pasiennya tidak ada komorbid dan tidak ada penyakit pemberat lain, InsyaAllah sebetulnya pasien ini bisa sembuh sendiri,” ucapnya. 
 
Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak. Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu.
 

(END)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.