Jakarta: Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai usia lanjut.

Dalam data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan usia ≥15 tahun sebesar 22,7 persen. 

Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1 persen. Remaja putri (rematri) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi. 

Rematri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia pada saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan, bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak.

Dan tepatnya hari ini, Kamis, 21 Juli 2022 Bogor, 21 Juli 2022 Kemenkes menggelar pemberian tablet tambah darah (TTD) pada siswi di Kabupaten Bogor. Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari transformasi layanan primer yang dicanangkan oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Sebagai langkah awal, pemberian TTD dilakukan di 4 sekolah yakni SMAN 1 Cibinong dengan penerima sekitar 630 siswi, SMPN 1 Cibinong sebanyak 640 siswi, SMAN 2 Cibinong sekitar 600 siswa, dan SMKN 1 Cibinong sekitar 500 siswa.

TTD diberikan kepada siswi SMP kelas 7-9 dan SMA kelas 10-12. Selanjutnya, pemberian TTD akan dilakukan kepada seluruh siswi sekolah SMP dan SMA sederajat di Kabupaten Bogor.

Kegiatan kali ini dihadiri langsung oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin. Dalam kesempatan itu Menkes Budi berbincang langsung dengan para siswa dan siswi di setiap sekolah yang dikunjungi.



(“Pemberian TTD pada siswi di sekolah sekarang ini merupakan salah satu upaya pencegahan sesuai siklus hidup,” papar Menkes Budi. Foto: Ilustrasi/Freepik.com)

Dikatakan Menkes, jumlah ibu melahirkan yang meninggal setiap tahun mencapai 7.800 orang. Salah satu penyebabnya adalah karena kurang zat besi, kalau kurang zat besi kemudian perempuan hamil dan saat melahirkan itu kemungkinan meninggalnya tinggi karena kekurangan darah.

“Jadi tugasnya saya memastikan adik-adik ini sehat dan harus dipastikan zat besinya cukup. Itu mesti minum tablet tambah darah. Tablet nya diminum pada saat remaja, sebelum hamil dan setelah melahirkan,” ujar Menkes Budi.

Menkes Budi berpesan kepada seluruh siswa siswi sekolah agar rajin berolah raga, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, dan makan makanan bergizi seimbang.

“Titipan saya itu saja, agar teratur minum tablet tambah darah untuk mencegah kematian ibu, rajin berolah raga dan makan makanan bergizi agar sehat,” kata Menkes Budi.

Lebih lanjut dijelaskan Menkes, pemberian tablet tambah darah merupakan upaya pencegahan atau preventif. Hal ini menjadi salah satu fokus utama dalam transformasi kesehatan yang dicanangkan Menkes Budi.

Kementerian Kesehatan akan berfokus pada upaya promotif dan preventif. Khususnya transformasi pada layanan primer yang tujuannya adalah untuk menciptakan orang yang sehat dengan menggerakkan langkah-langkah preventif. 

Transformasi layanan primer difokuskan untuk meningkatkan layanan promotif dan preventif, seperti memperkuat upaya pencegahan, deteksi dini, dan promosi kesehatan. Hal itu dilakukan salah satunya melalui pendekatan pelayanan sesuai siklus hidup, komprehensif dan bersinambung.

 

Pemberian TTD merupakan upaya preventif untuk mencegah kematian ibu pada saat melahirkan. Upaya itu dilakukan sejak seorang perempuan berusia remaja.

“Pemberian TTD pada siswi di sekolah sekarang ini merupakan salah satu upaya pencegahan sesuai siklus hidup,” pungkas Menkes Budi.
(TIN)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.